Oase  

Inilah Makna dan Sejarah Tradisi Ogoh ogoh pada Hari Raya Nyepi

Jurnalindo.comJakarta – Apa arti Ogoh-Ogoh pada Hari Raya Nyepi? Ogoh-ogoh merupakan salah satu tradisi masyarakat Bali untuk menyambut perayaan hari raya Nyepi. Tradisi ogoh-ogoh yang digelar sebelum upacara Nyepi memiliki makna dan sejarah.

Dilansir dari detiknews, lantas apa arti Ogoh-Ogoh pada Hari Raya Nyepi? Bagaimana sejarah Ogoh Ogoh dan bagaimana tradisinya? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Apa itu Ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi?
Kata ogoh-ogoh berasal dari bahasa Bali “ogoh-ogoh” yang berarti sesuatu yang bergetar. Dilansir dari situs Kabupaten Badung, ogoh-ogoh merupakan tradisi masyarakat Bali dalam menyambut Hari Raya Nyepi yang biasanya dilakukan sebelum upacara Nyepi.

Baca Juga: DPR RI ACC Naturalisasi 3 Pemain Keturunan Ini

Ogoh-ogoh di Bali memiliki versi yang berbeda-beda. Ogoh-Ogoh juga merupakan seni pahat yang berasal dari kebudayaan Bali yang menggambarkan sosok Bhuta Kala. Ogoh-ogoh adalah benda besar berbentuk boneka raksasa.

Makna Ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi
Dikutip dari gemasulawesi.com, makna ogoh-ogoh mencerminkan sifat manusia yang pasif. Ogoh-Ogoh juga mengandung makna untuk mengungkapkan nilai-nilai religi dan ruang-waktu sakral berdasarkan sastra religi. Selain itu, ogoh-ogoh merupakan tindakan kreatif yang disalurkan melalui ekspresi keindahan dan kebersamaan.

Saat melakukan tradisi ogoh-ogoh, biasanya dilakukan dengan pertunjukan atau pawai. Pelaksanaan prosesi ogoh-ogoh memiliki filosofi bahwa manusia wajib menjaga alam dan sumber daya agar tidak merusak lingkungan sekitar.

Prosesi ogoh-ogoh dilakukan melalui arak-arakan keliling desa atau melalui pertunjukan. Mereka yang berparade biasanya meminum arak untuk menandakan sifat buruk manusia. Beban yang dipikul tahajud diakhiri dengan pembakaran ogoh hingga habis. Prosesi Ogoh Ogo juga berlangsung dari sore hingga malam hari.

Sejarah ogoh-ogoh pada hari raya Nyepi
Masih mengacu pada situs Kabupaten Badung, sejarah ogoh-ogoh sudah ada sejak zaman Dalem Balikang. Ada beberapa pendapat yang menandai awal mula ogoh-ogoh, ada juga yang mengatakan bahwa ogoh-ogoh awalnya digunakan untuk upacara Petra Yadnya.

Ada juga yang mengatakan bahwa tradisi Ogo Ogo berawal dari tradisi Ngusaba Ngong Nging di desa Selat, Karangasem. Ada pandangan lain bahwa ogoh-ogoh muncul karena barong landung yang merupakan wujud Raja Jaya Pangos dan Putri Kang Sing Wei (suami istri) yang berwajah jelek dan seram dan pada saat itu juga muncul ogoh-ogoh.

Informasi lain juga menyebutkan bahwa tradisi ogoh-ogoh ada sekitar tahun 1970-an dan 1980-an. Ada juga yang mengatakan bahwa Ogoh Ogo lahir karena ada pematung yang bosan membuat patung dari bahan yang keras dan memilih membuat patung dari bahan yang lebih ringan.

Terlepas dari berbagai pendapat tentang asal usul ogoh-ogoh tersebut, sampai saat ini masyarakat Bali selalu merayakan tradisi ogoh-ogoh untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Pada awalnya ogoh-ogoh ini terbuat dari kerangka kayu dan bambu setelah itu kerangka akan dibungkus dengan kertas-kertas.

Seiring perkembangan zaman, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ogoh-ogoh juga semakin berkembang. Masyarakat Bali kini menggunakan bahan berupa besi dan bambu yang telah dirangkai menjadi ayaman dan dibungkus dengan gabus atau stereofoam dan dicat.

Tradisi Ogoh-ogoh Jelang Hari Raya Nyepi
Tradisi ogoh-ogoh biasa dilaksanakan di Pengerupukan, sebelum Hari Raya Nyepi. Pengerupukan adalah hari sebelum Hari Raya Nyepi atau tilem sasih kesanga. Tradisi ogoh-ogoh biasa digelar dengan perayaan parade atau pawai dengan diiringi irama gamelan khas Bali yaitu bleganjur patung.

Melansir situs Kabupaten Buleleng, berikut rangkaian acara parade atau pawai ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi:

Sebelum acara dimulai, para peserta upacara biasanya melakukan minum-minuman keras tradisional (arak).
Pada umumnya, ogoh-ogoh diarak menuju sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat), kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar.

(Slmn/detiknews/gemasulawesi.com)

Sumber: detiknews/gemasulawesi.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *