Opini  

Budaya Barikan Apem , Tradisi turun-temurun di Jepara yang Bertujuan saling memaafkan satu sama lain

Jurnalindo.com, Jepara – Tradisi  merupakan hal yang tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat, Sebagai masyarakat yang mempercayai akan adanya tradisi, tentu hal yang penting untuk mengetahui bagaimana awal mula tradisi itu muncul dikalangan masyarakat. Seperti hal nya tradisi yang ada di daerah Jepara ini terdapat Tradisi Barikan Apem.

Tradisi ini biasa dilakukan dengan kegiatan membuat dan makan Apem bersama-sama dengan warga setempat. Sebelum kegiatan makan Bersama Apem tersebut akan lebih dulu dibawa ke langgar terdekat yang ada di desa setempat untuk melakukan Do’a Bersama. Lalu, Apem itu akan disantap dan dibagikan dengan keluarga dekat maupun warga sekitarnya.

Mulanya, Apem merupakan makan khas daerah Pemalang, Jawa Tengah. Apem sendiri terbuat dari tepung kanji, tepung beras, dan kelapa muda ini tidak hanya lezat dan menggugah selera, tetapi juga mempunyai makna filosofi yang mendalam.

Baca Juga: Tradisi Mapak Siji Ramadhan, Budaya Pada Masyarakat Desa Jetak Kedungdowo

Kata Apem, berasal dari Bahasa Arab afwan/Afuwwun yang artinya Pangapunten/maaf. Karena masyarakat jawa kesulitan dalam mengucapkan kata afuwwun maka disederhanakan menjadi Apem. Apem bisa langsung dimakan maupun dimakan dengan “ juruh”. Banyak pedagang yang menjajakan hidangan apem dengan harga yang terjangkau.

Tradisi Bodo Apem ini merupakan tradisi turun temurun oleh Walisongo di tanah Jawa khususnya oleh Sunan Kalijaga. Namun, untuk pelaksanaan tradisi ini berbeda- beda pada setiap daerah, menyesuaikan kebiasaan dan budaya daerah tertentu.

Seperti hal nya yang di sampaikan oleh H. Ridwan.”  Tradisi  Bodo Apem di desa Bringin, Batealit, Jepara dilaksankan pada bulan dzulqo’dah/Apit bertepatan dengan hari Jumat Wage. Berbeda dengan warga Desa Banjaragung, Jepara. Tradisi ini dilaksanakan pada bulan Dzulqo’dah namun, bertepatan di hari Jumat Kliwon.

Pelaksanaan Bodo Apem membuka pandangan kita bahwa tradisi tersebut termasuk dari kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan rasa memiliki. Kebutuhan ini lah yang mendorong masyarkat agar mereka diakui oleh lingkungannya.

Maka dengan adanya teori Hierarki tersebut dapat dikatakan bahwa Tradisi Bodo Apem inilah yang akan memperkuat tali persaudaraan dan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *