Ingatkan Jaga kedamaian Papua jelang kongres masyarakat adat

jurnalindo.com – Jakarta, 13/10 – Tokoh masyarakat Jayapura Nikolaus Demetouwm mengimbau agar perdamaian tetap terjaga di Papua menjelang Konferensi Masyarakat Adat Nusantara pada 24-30 Oktober 2022.

 

“Mari kita jaga Papua aman dan tenteram untuk semua, apalagi sebentar lagi kita akan menjadi tuan rumah Konferensi Masyarakat Adat Nusantara, dimana banyak tokoh adat yang akan datang dari berbagai daerah di Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu. Jakarta, Kamis.

 

Pernyataan Nikolaus Demetouwm itu terkait dengan gejolak publik atas penunjukan sepihak Gubernur Papua Lukas Enembe sebagai kepala suku besar. Selain itu, upaya kuasa hukum Lukas dan keluarganya untuk meminta pemeriksaan dugaan korupsi oleh KPK dilakukan di lapangan terbuka dan sesuai dengan hukum adat.

 Baca Juga: Tokoh Muda Papua mengajak masyarakat untuk dukung proses hukum Lukas Enembe

Ia menjelaskan, “Masyarakat adat tentu memahami aturan adat dan budaya. Dalam budaya Papua, saya belum pernah melihat atau mendengar ada orang yang ditanyai di lapangan terbuka.”

 

Niko mengatakan dalam budaya masyarakat pesisir di Papua dikenal istilah “batu lingkar’”. Orang-orang yang dituduh bersalah diperiksa oleh tetua adat yang dipimpin oleh seorang tokoh adat (Ondoafi) yang duduk melingkar di area batu melingkar tersebut.

 

‘”Jika terbukti bersalah, orang tersebut membayar denda adat atau melaksanakan hukuman yang dijatuhkan kepadanya disaksikan oleh warga kampung, supaya masyarakat sama-sama tahu dan tidak lagi mengulangi perbuatan orang yang dihukum itu,” tuturnya.

Eksekusi hukuman atau pembayaran denda adat di lapangan terbuka kata dia, bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelaku. Selain itu, pelaku diajarkan sebuah prinsip hidup, berani berbuat salah, berani bertanggung jawab. Kesalahan yang sudah dilakukan harus ditebus dengan membayar denda adat.

Baca Juga: Firman Wijaya berharap kasus Lukas Enembe, menjaga kondusivitas di tanah Papua

Kaitannya dengan tuntutan keluarga Lukas Enembe tersebut, Niko justeru melihat tidak adanya niat baik dari Lukas untuk menghormati adat. Justeru adat dijadikan tameng bagi Lukas dan para pendukungnya untuk berlindung dari jeratan hukum.

(ara/rido)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *