Tradisi Larung Sesaji di Juwana Kembali Digelar dengan Sederhana

jurnalindo.com – Pati – Tradisi larung sesaji kembali digelar masyarakat di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah pada Minggu (15/5). Berbeda dari tahun sebelumnya, ritual tahunan sedekah laut tersebut digelar secara sederhana sesuai pembatasan-pembatasan khusus.

Pada tahun ini, pagelaran hiburan yang biasanya turut memeriahkan, kali ini ditiadakan.

Menjelang prosesi larung di Desa Bajomulyo, masyarakat memberikan santunan kepada anak yatim, mengadakan selawat, dan doa bersama.

Suratman, selaku ketua penitia sedekah laut Desa Bajomulyo mengungkap, agenda rutin di TPI juwana dalam rangka pelestarian budaya pesisir itu sebagai bentuk syukur kepada Allah atas rezeki yang diberikan.

“Prosesi ini, kita memang sesuai protokol kesehatan dari pemerintah, jaga jarak, pakai masker, dan undangan terbatas. Hanya 20 orang,” ujar dia.

Seluruh keramaian telah diantisipasi mengingat situasi yang masih berada di tengah pandemi COVID-19 ini. “Harapan kami setelah larung sesaji, wabah ini segera berakhir dan nelayan bisa beraktivitas kembali seperti semula,” tandas dia.

Sementara itu, di Desa Bendar, ritual sedekah laut dilaksanakan pagi pukul 07.00 WIB, diawali dengan diaraknya miniatur kapal nelayan yang mengangkut aneka rupa sesaji, di antaranya kepala kambing, pisang raja, ketupat, dan lepet. Sebagai bagian dari syarat adat untuk menolak bala, kesenian barongan turut mengiringi. Namun demikian, tidak ada kerumunan masyarakat yang menyaksikannya.

Kasi Kesra Desa Bendar Kecamatan Juwana, Karyono mengatakan, sedekah kaut kali ini memang beda jauh dari sebelumnya. Hal itu lantaran tidak mendapat izin dari pemerintah untuk mengadakan keramaian.

“Tahun ini sedekah laut digelar sangat sederhana. Yang penting persyaratan adat sudah tercukupi,” jelasnya.

Sebelum sesaji dilarung, Karyono memimpin prosesi pembacaan doa. Setelah pelarungan, panitia sedekah laut berikut petugas gabungan yang mengawal ritual melakukan makan bersama di atas kapal.

“Rangkaian ritual sedekah laut ini merupakan bagian dari upaya merawat warisan tradisi dari nenek moyang. Diniati sodaqoh. Dalam Islam, sedekah diyakini dapat menolak bala,” ujarnya lebih lanjut.

Ia menyebut, sedekah laut mengandung doa pada Yang Mahakuasa agar seluruh nelayan yang beraktivitas di laut diberi keselamatan, keberkahan, dan dimudahkan mendapat rezeki yang halal untuk memenuhi nafkah keluarga. Sebelum prosesi larung sesaji, sebut dia, juga sudah dilaksanakan manakiban, doa bersama, dan pembacaan tahlil.

“Tujuannya tiada lain minta selamat dunia-akhirat,” kata dia. (wartaphoto/ren)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *