News  

Pesantren Mandiri dan Kemandirian Pesantren

jurnalindo.com – Peran pesantren sangat bermacam-macam sejak terbentuknya lembaga pendidikan yang satu ini. Kini, pesantren tidak lagi sebatas lembaga pendidikan berbasis agama. Peran pesantren sebagai penggerak pengembangan ekonomi lokal dan basis keterampilan santri semakin berkembang.

Dengan perkembangan teknologi saat ini, mau tidak mau juga membuat lembaga pesantren untuk terus berinovasi dan beradaptasi terhadap kemajuan zaman. Salah satu contoh riilnya adalah dengan semakin tingginya minat berwirausaha yang digagas dan dijalankan oleh kebanyakan lembaga pesantren saat ini.

Semangat berwirausaha yang terdapat di pesantren harus terus digalakkan agar pesantren nantinya tidak mengalami yang namanya ketergantungan terhadap pihak pendonor. Hal ini sejalan dengan himbauan dari Menteri Agama (Menag) RI H Yaqut Cholil Qoumas yang menargetkan, pada 2024 akan ada ribuan pesantren yang sudah bisa mandiri secara ekonomi.

Kemandirian Pondok Pesantren merupakan program prioritas Kementerian Agama RI (Kemenag) untuk memberdayakan seluruh pondok pesantren di Indonesia. Menag pun turut memberikan modal dan dukungan kepada pondok pesantren, mulai dari produksi hingga manajemen pemasaran produk. Berangkat dari himbauan tersebut, sudah sepatutnya para pengurus pesantren menyambut dengan antusias demi terwujudnya kemandirian pesantren.

Salah satu kisah inspiratif mengenai kemandirian pesantren ini datang dari daerah Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Di daerah ini, terdapat Pondok pesantren takhfizul qur’an (PPTQ) yakni PPTQ AL-MUSTAMIRIYAH Sukolilo yang memiliki target mandiri secara perekonomian. Sumber penghasilannya berasal dari menjual produk alat mandi yang berbahan dasar buah Zaitun. Mulai dari sabun mandi, shampoo, dan pasta gigi.

Nama produknya adalah Ar-Rahmah. Ar-Rahmah sendiri adalah nama brand yang dipakai untuk menaungi beberapa produk kecantikan. Saat ini, Ar-Rahmah Zaitun series memang baru memiliki produk kecantikan berupa alat mandi. Tapi ke depannya, direncakan Ar-Rahmah Zaitun series juga akan melaunching produk-produk kosmetik.

Mengusung tagline sebagai produk investasi kecantikan jangka panjang, senada dengan alasan mengapa harus memilih produk yang satu ini, yaitu aman digunakan dalam jangka waktu panjang dan tidak membuat ketergantungan. Ar-Rahmah sendiri adalah brand kecantikan yang sudah tersertifikasi dan terbukti aman digunakan semua orang.

Salah satu hal menarik dari produk Ar-Rahmah sendiri adalah bagi hasil keuntungan dari penjualan produk. Menurut penggagas brand Ar-Rahmah, Achmad Soewandy, keuntungan dari hasil penjualan yang didapat akan dibagi dua. Sebesar 60% menjadi hak dari pondok pesantren dan sisanya 40% digunakan untuk biaya operasional para karyawan yang ikut memasarkan produk Ar-Rahmah.

Secara tidak langsung, bisa disebut Ar-Rahmah sendiri adalah salah satu contoh terobosan baru Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP). Menurut Achmad Soewandy pula, pesantren ke depannya diharapkan bisa dan harus terbuka dengan pihak luar. Ia telah mencotohkan dari produk Ar-Rahmah yang bekerja sama dengan pabrik professional dan semua produknya sudah BPOM dan halal.

Ia juga menambahkan bahwasanya jikalau pesantren ingin mengurus perorangan atau lembaga, mungkin akan menemui kesulitan ketika pengurusan BPOM. Oleh karena itu, supaya produk pesantren bisa go publik, mau tidak mau harus kerjasama dengan perusahaan professional yang memang punya satu visi dan misi mengembangkan pesantren.

Selain produk cosmetics, saat ini brand Ar-Rahmah masih dalam persiapan lauching website. Jadi nantinya para pelanggan pun bisa langsung membeli produknya di website tersebut. Nama webnya sendiri adalah arrahmahshop.com yang sudah jadi dan tinggal peyempurnaan. Achmad Soewandy juga meminta do’anya semoga semua yang ia upayakan dalam mengembangkan pesantren bisa dimudahkan dan disegerakan.

Tentu saja, apa yang dimulai oleh brand Ar-Rahmah ini patut ditiru oleh pesantren lain. Ar-Rahmah sendiri hanya salah satu contoh kecil bagaimana ide kemandirian pesantren benar-benar bisa terwujud. Mengutip pernyataan Gus Yaqut yang mengatakan bahwa, pesantren memiliki tiga tugas utama: pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan.

Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurutnya, pendidikan dan dakwah ibarat ‘kolam kecil’ bagi pesantren. Sementara itu, pemberdayaan ekonomi merupakan ‘kolam besar’.

Dengan mandiri dan berdaya, pesantren dapat menghidupi diri sendiri, mengembangkan sarana, prasarana, dan bahkan mensejahterakan masyarakat sekitar. Citra pesantren yang hidup hanya dengan dana dari Wali Santri atau donatur kini bisa banyak dideportasi. Maka tidak diragukan lagi bahwa pesantren adalah sistem yang rahmatan lil alamin.

Semoga, apa yang sudah dimulai dan digagas oleh Brand Ar-Rahmah ini, dapat ditiru dan dilanjutkan oleh pesantren-pesantren lain. Meskipun sumber kemandiriannya berbeda-beda, pesantren lain harus bisa menemukan entitas bisnis yang paling tepat dilakukan dan sesuai dengan kapasitas pesantren itu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *