Akibat Wabah PMK, Kapolri Sebut Perayaan Idul Adha Sedikit Berbeda

Jurnalindo.com – Terdapat sedikit perbedaan dalam perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah/2022 Masehi, kata Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo lantaran adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).

Dalam sambutannya di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Minggu, Sigit mengatakan bahwa kegiatan di tahun ini tentunya agak sedikit berbeda dengan tahun lalu, di mana saat ini juga Indonesia masih menghadapi varian (COVID-19) baru, B4 dan B5. Juga ada peraturan terkait dengan bagaimana menyelenggarakan atau memotong hewan kurban ini untuk mencegah meluasnya wabah penyakit mulut dan kuku.

Sigit menjelaskan bahwa wabah PMK mengakibatkan pihak-pihak penyelenggara pembagian daging kurban harus melaksanakan pemotongan hewan kurban yang sesuai dengan prosedur operasi standar (standard operating procedure/SOP) sehingga dapat mencegah meluasnya wabah penyakit tersebut.

“Harus melaksanakan sesuai dengan SOP terkait dengan pemotongan hewan kurban. Ini yang paling utama,” kata Sigit.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan PMK Prof Wiku Adisasmito mengatakan bahwa penanganan terhadap hewan terdeteksi PMK di zona hijau wajib dimusnahkan lalu dikubur berdasarkan pemberitaan sebelumnya.

Kemudian, pada zona kuning, hewan terdeteksi PMK wajib dipotong bersyarat di Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Khusus bagian kepala, jeroan, kulit, dan kaki wajib dikubur, ucapnya.

Sedangkan, bagi hewan positif PMK di zona merah wajib diisolasi dengan pertimbangan kondisi hewan atau pemotongan bersyarat di RPH. Khusus bagian kepala, jeroan, kulit, dan kaki wajib dikubur.

Di sisi lain, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Provinsi Kalimantan Tengah drh Eko Hari Yuwono mengatakan bahwa daging hewan yang terjangkit PMK masih aman dikonsumsi jika diolah secara benar.

“PMK ini, selain pada sapi juga bisa menular ke hewan lain seperti kambing, babi, dan hewan-hewan berkuku belah lain. Namun, virus ini tidak menjangkit ke manusia atau zoonosis,” kata Eko.
(ara/iva)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *