Akademisi dukung pemanfaatan tembakau alternatif yang memiliki resiko rendah

JurnalIndo.comJAKARTA, 29/12 – Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan dianggap sejumlah kalangan akademisi memiliki faktor risiko yang lebih kecil dibandingkan rokok tradisional, sehingga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, terutama untuk mengakomodir faktor risiko yang merasa sulit untuk berhenti merokok.

Robert West, Profesor Emeritus Kesehatan Psikologi dari University College England, menjelaskan bahwa negara dengan sistem pengendalian tembakau yang kuat cenderung mendukung penggunaan produk tembakau alternatif sebagai alat populer untuk beralih dari kebiasaan merokok.

“Saat digunakan sebagai bagian dari upaya untuk beralih dari kebiasaan merokok, produk tembakau alternatif dinilai lebih efektif daripada produk terapi pengganti nikotin yang berlisensi. Tapi, sayangnya di beberapa negara lainnya, upaya untuk mendorong pemanfaatan produk tembakau alternatif ini masih belum maksimal,” tegas Robert dalam keterangannya pada Kamis.

Baca Juga: Liga Spanyol, Diwarnai Hujan Kartu Merah Atletico Madrid Menang 2-0 atas Elche

Salah satu faktor penghambat dalam mendukung pemanfaatan produk tembakau alternatif adalah standar ganda pada berbagai kajian ilmiah.

Robert menjelaskan, saat ini masih banyak temuan penelitian yang bersifat subyektif dan cenderung mendukung pandangan peneliti yang menilai bahwa produk tembakau alternatif berbahaya bagi kesehatan.

Padahal, berdasarkan hasil sejumlah kajian ilmiah, produk tembakau alternatif, meski tidak sepenuhnya tanpa risiko kesehatan, mampu menurunkan risiko penggunaannya hingga 95 persen.

Hal ini karena produk tembakau alternatif khususnya rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan menerapkan sistem pemanas sehingga hasil penggunaannya berupa uap (aerosol), bukan asap yang mengandung tar. Dengan fakta tersebut, diklaim produk ini diagung-agungkan sebagai upaya menurunkan prevalensi merokok.

“Saya berharap produk tembakau alternatif akan diatur sedemikian rupa di seluruh dunia untuk meningkatkan ketersediaannya sebagai salah satu rangkaian alat transisi dari merokok di pasar global,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Jasmine Khouja, peneliti dari University of Bristol, menambahkan bahwa harus ada dukungan dari negara untuk membantu perokok dewasa berhenti dari kebiasaannya serta mencegah mereka meraih rokok.

Pada saat yang sama, pemerintah juga harus mencegah kaum muda dan bukan perokok untuk menggunakan produk tembakau alternatif.

“Bagi para pembuat kebijakan, Anda harus mengetahui apa yang paling membantu bagi pengguna produk tembakau alternatif dan perokok. Jika ingin berjalan dengan baik, Anda tidak dapat melakukannya tanpa berbicara dan mendengar pandangan mereka,” kata Jasmine.

Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Amaliya mengatakan produk tembakau alternatif memiliki profil risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok. Hal ini diperkuat berdasarkan kajian ilmiah yang dilakukan di dalam dan luar negeri.

Dengan mendorong perokok dewasa beralih ke produk ini akan membantu Pemerintah Indonesia dalam menurunkan prevalensi merokok sekaligus menciptakan perbaikan kualitas kesehatan.

“Produk tembakau alternatif dapat dimanfaatkan untuk perokok dewasa yang sulit berhenti merokok. Produk ini juga bisa menjadi solusi komplementer sejalan dengan Program Berhenti Merokok yang telah dilaksanakan pemerintah,” ujar Amaliya.

(slmn/antara)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *