Benarkah vape lebih aman daripada rokok

Jurnalindo.com, – Dr spesialis paru Erlina Burhan, SpP(K), MSc mengatakan bahwa rokok elektrik atau sering disebut dengan berbagai nama termasuk vape, mengandung nikotin dan zat karsinogen lain yang memberikan efek negatif bagi tubuh, seperti halnya rokok konvensional.

“Perokok vape dan orang di sekitarnya masih terpapar nikotin dan bahan kimia yang bersifat karsinogenik dan tentunya zat tersebut dapat mengiritasi (saluran pernapasan dan paru-paru) sehingga menyebabkan peradangan dan sesak,” ujarnya kepada tim media online, Sabtu.

nikotin dikatakan bersifat adiktif, sedangkan zat lain dalam vape berupa propilen glikol dan gliserin dapat mengiritasi saluran napas dan paru – paru.

Baca Juga: Cara Atasi Sakit Pinggang Biasa

Kandungan lainnya adalah logam berat yang dapat membakar paru-paru, jantung, merusak sel dan bersifat karsinogenik, kemudian formaldehida, aldehida, partikulat (PM), nitrosamin, dan silikat dengan efek serupa pada tubuh.

Dikatakannya, dalam insiden yang terjadi, ada risiko pengguna vaping terbakar karena baterai lithium yang ada di dalam produk.

Erlina menegaskan, rokok elektrik mengandung bahan toksik seperti rokok konvensional. Produk ini terbukti toksik terhadap saluran napas dan paru sehingga tidak dapat dikatakan aman.

Namun, karena kadarnya yang lebih rendah dari rokok konvensional, seringkali membuat orang-orang terperangkap dengan berasumsi produk ini memiliki tingkat toksisitas lebih rendah dan akhirnya sering menggunakannya.

“Kalau sering dihisap, nanti kadarnya akan sama dengan satu batang rokok konvensional,” tegas dia.

Dia menyarankan vape tidak digunakan sampai terbukti aman dan tak merekomendasikannya untuk modalitas berhenti rokok.

Menurut dia, pengguna rokok elektrik juga berpotensi kecanduan, menjadi pengguna rokok konvensional dan pengguna bahan adiktif lainnya.

Baca Juga: Cara Atasi Sakit Leher Akibat Posisi Tidur Yang Salah

“Tidak bisa berhenti merokok itu sudah kecanduan. Berhenti itu untuk seterusnya tidak merokok. Rasa asam di mulut bukan satu-satunya tanda (kecanduan). Dia bisa menjadi gelisah karena tubuhnya merasa kurang nikotin,” demikian kata Erlina.

Sebelumnya, pada November lalu, sebuah studi dalam Journal of American Dental Association seperti disiarkan Medical Daily beberapa waktu lalu, menemukan orang yang penggunaan produk vaporizer (vape) atau rokok elektronik berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan gigi dan penyakit periodontal.

Para peneliti melakukan studi silang menggunakan catatan pasien dari 13.098 orang yang datang ke klinik sekolah gigi pada 1 Januari 2019 hingga 1 Januari 2022. Kebanyakan dari pasien tidak menggunakan vape (99,3 persen), sementara hanya sedikit (0,69 persen) mengaku menggunakan rokok elektrik. Kemudian, di antara pengguna, 79 persen memiliki risiko yang signifikan terhadap gigi berlubang.

Tim peneliti lalu menghubungkan antara penggunaan vape atau rokok elektrik dan tingkat risiko karies pasien. Mereka menemukan orang yang vaping memiliki risiko lebih tinggi terkena karies gigi.

Karena vaping tampaknya menyebabkan gigi berlubang, pengguna berisiko kehilangan gigi jika tidak ditangani. Beberapa penelitian laboratorium juga menemukan uap dari rokok elektrik dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri jahat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *