Kasus Antrax di gunung kidul, ternyata Pati pernah terjadi ini penjelasannya.

Jurnalindo.com, Pati – Kasus Virus Antrax yang terjadi di Gunung Kidul pekan ini, sempat menghebohkan dunia peternakan, akibatnya dalam kasus tersebut tiga orang meninggal dunia, 

Berdasarkan informasi virus antrax sendiri bisa menular ke manusia lantaran memakan daging hewan sapi yang terjangkit Antrax

Dinas Pertanian dan Perternakan (Dispertan) Kabupaten Pati menyebut kasus itu sebenarnya sudah pernah terjadi di wilayah Pati tepatnya Desa Gadu, Kecamatana Gunungwungkul pada Tahun 2006 yang lalu.

Baca Juga: Awas!Pengidap Ispa Meningkat, Dinkes Pati Sebut Didominasi Usia 19-40 tahun

Melalui Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dispertan Pati, Andi membenarkan hal tersebut, bahwa kasus itu hampir sama yang terjadi di gunungkidul sama-sama memakan korban. Lantaran Hewan sapi itu sedang sekarat terus di porak bareng-bareng akhirnya ada orang kena.

“kasus antrax pernah terjadi di Pati pada tahun 2006 di Desa Gadu Kecamatan Gunungwungkal sampai pernah ada orang meninggal juga,”ucap Andi saat ditemui tim jurnalindo di Kantornya, Jumat (14/07/2023).

Menurutnya, setelah 10 tahun lebih dilakukan penelitian ditempat tersebut dengan cara memgambil sempel tanah untuk dilakukan pengecekan virus tersebut dinyatak sudah tidak ada dan dianggap bebas, 

“Tetapi setelah itu kita adakan Surveillance termasuk mengambil tanahnya juga karena penyebab dari penyakit itukan lewat Sephora. Sephora itukan bisa bertahun-tahun di dalam tanah, maka setiap tahun kita lakukan surveillance pengambilan tanah selama 10 Tahun dan dinyatakan virus tersebut tidak ada lagi,”jelasnya.

Selain itu, diriny mengatakan pengbilan tanah untuk dijadikan sempel tidak hanya dilakukan satu tempat saja, melainkan ditempat lain seperti pasar hewan. pasalnya bakteri itu penyebaranya lewat spora dan itu bisa dimana dan bisa tumbuh dan bisa bertahun-tahun hidup didalam tanah

“kita juga pernah mengambil sampel tanah di pasar hewan tidak hanya di sana untuk diperiksa apakah ada spora antrak atau tidak, bukan hanya di lokasi tetapi juga di pasar,”terangnya.

Atas kejadian itu, Dispertan Pati telah melakukam vaksinasi yang memfokuskan diwilayah yang dulunya pernah terjadi kasus antrak, lantaran jumlah vaksinnya sangat terbatas.

“Vaksinasi ini kita fokuskan ke daerah yang sudah pernah terkena aja yaitu Di Daerah gunungwungkal dan sekitarnya karena jumlah vaksin nya juga terbatas. kita hanya mendapatkan 1000 dosis sehingga kita memfokuskan kedaerahan iti dan sekitarnya,”ujarnya.

Adapaun ciri-ciri sapi terjangkit virus ini, kata Andi, pertama yang harus diperhatian ketika sudah mati yakni sapi tersebut mengelurakan Darah melalui hidung, Mulut dan Dubur.

Baca Juga: Inspektorat Pati Segera Ekspose Hasil Audit Bulumanis Lor yang Kedua

“Tanda-tanda Antrak itu kan Demam, kalau mati itu keluar darah dari lubang telinga, mulut dan dubur,”ungkapnya.

Kendati demikian, Dirinya berharap kalau ada sapi yang sekarat atau mahu mati jangan dipotong untuk dijadikan konsumsi, dikarnakan kita tidak tahu bahwa Sapi itu terjangkit penyakit atau tidak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *