Jurnalindo.com, – Senat Amerika Serikat (AS) menekan Pemerintahan Joe Biden untuk memblokir seluruh produk mobil listrik buatan pabrikan China, menjadi tuntutan paling keras dari senat sejauh ini.
Dilansir dari Reuters pada Senin (15/4/2024), Ketua Komite Perbankan Senat mendesak Presiden Joe Biden untuk melarang kendaraan buatan Tiongkok dari pasar otomotif AS, termasuk seluruh produk mobil listrik yang dihasilkan oleh perusahaan Tiongkok atau anak perusahaan yang terafiliasi dengannya.
Senator Sherrod Brown, anggota Partai Demokrat, menyatakan bahwa kendaraan listrik Tiongkok merupakan ancaman nyata bagi industri otomotif Amerika. Brown mendesak Biden untuk mengambil tindakan cepat dalam memblokir kendaraan listrik Tiongkok yang dinilai berpotensi merugikan keamanan nasional AS.
Gedung Putih belum memberikan komentar langsung terkait tuntutan tersebut.
Biden sebelumnya telah mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kebijakan Tiongkok dapat mengakibatkan banjirnya pasar AS dengan kendaraan mereka, yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional. Biden berjanji untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah hal tersebut terjadi.
Bulan lalu, sejumlah senator, termasuk Senator Gary Peters dan Debbie Stabenow dari Michigan, meminta Biden untuk menaikkan tarif impor kendaraan listrik Tiongkok secara drastis guna mengatasi risiko keamanan nasional.
Penyelidikan oleh Departemen Perdagangan AS juga telah dibuka terkait apakah impor kendaraan Tiongkok dapat membahayakan keamanan nasional AS, terutama karena adanya kekhawatiran bahwa teknologi mobil yang “terhubung” dapat membahayakan data orang Amerika.
Meskipun belum ada tanggapan resmi dari kedutaan Tiongkok di Washington, sejumlah anggota parlemen AS telah mengusulkan undang-undang untuk menaikkan tarif kendaraan buatan Tiongkok.
Selain itu, sekelompok anggota parlemen bipartisan sebelumnya telah mendesak Perwakilan Dagang AS untuk mengambil tindakan serupa terkait peningkatan tarif impor kendaraan Tiongkok.
Masih dalam proses pengkajian lebih lanjut, tuntutan tersebut menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat antara AS dan Tiongkok terkait masalah perdagangan dan keamanan nasional.(Bisnis.com)