Peninggalan Mataram Solo, Wayang Topeng Dukuh Kedung Panjang Jadi WBTB Dari Unesco

Jurnalindo.com – Wayang topeng yang dikembangkan di Dukuh Kedung Panjang, Desa Soneyan Kabupaten Pati, merupakan warisan budaya yang dibawa dari mataram Solo sekitar tahun 1600 silam.

Kepala Desa Soneyan, Margi Siswanto membeberkan bahwa tradisi wayang topeng ini satu-satunya yang masih tersisa di pulau jawa bahkan di indonesia, pasalnya di keraton solo saja sudah tidak ditemukan, padahal asal muasal dari sana.

Sehingga dikembangkanya tradisi wayang topeng di desa Soneyan ini, mendapatkan Warisan Budaya tak Benda (WBTB) dari UNESCO pada Tahun 2021.

Baca Juga: Maksimalkan Layanan Masyarakat, Polresta Pati Sebar 606 Polisi Dari Tingkat Paling Bawah

“Topengnya sudah mendapatkan warisan budaya tak berbenda dari UNESCO. Dari kementerian kebudayaan, riset dan teknologi, dan juga diakui UNESCO,”ungkapnya belum lama ini.

Yang menjadi keunikan wayang topeng ini, menurutnya tidak bisa diperagakan warga di luar dukuh Kedung Panjang, mitosnya ketika diperankan diluar dukuh tersebut maka akan terjadi dalam dirinya hal yang aneh-aneh.

“Pemeran wayang topengnya murni dari masyarakat Kedungpanjang. Tidak bisa diperankan masyarakat yang lain,”tegasnya

Lanjut Wargi Siswanto, sejak dari dulu wayang topeng selalu diperankan asli warga setempat, pasalnya itu sudah menjadi turun temurun. Bahkan ada yang menyebut ada kaitanya wali allah Mbah Mutamakkin yang dimakamkan di desa Kajen yang jaraknya sangat dekat.

“Wayang topeng ini sudah turun temurun dari keraton Surakarta Solo yang dikembangkan wilayah Utara Jawa tepatnya di Kedung Panjang dan termasuk Mbah Mutamakkin dari keraton Solo,”turunya.

Untuk menjaga tradisi wayang topeng terus langgeng dan dapat dinikmati generasi penerus, dirinya memaparkan bahwa Pemerintahan Desa (pemdes) Setempat telah memfasilitasi dengan menyediakan tempat sanggar untuk belajar.

“Untuk menjaga kelestariannya masyarakat terus belajar. Salah satunya kita buatkan sanggar budaya. Salah satunya untuk melestarikan wayang topeng. Termasuk kesenian yang lain,”jelasnya

Sementara itu, Suharso selaku pengajar wayang topeng mengungkapkan bahwa dirinya menjadi pengajar sudah hampir 7 tahun sejak 2016.

“Saya dulu memang suka bermain wayang topeng. Tapi setelah 2016, saya yang menjadi dalangnya,”terangnya.

Selama menjadi pengajar dirinya mengaku tidak ada kendala baik di lapangan maupun di dalam pentas acara, dikarenakan sejak dari kecil sudah mulai suka dunia wayang.

Namun, yang menjadi tantangan kedepan terhadap budaya wayang topeng tetap eksis, dirinya dengan tegas mengatakan harus melibatkan semua elemen, baik pemerintah Desa maupun masyarakat harus bersama-sama menjaga kelangsungan budaya tersebut.

“Menjaga agar wayang topeng ini tetap lestari tergantung dari desa dan pemerintah. Ini sudah tingkat UNESCO ini,”tutupnya.

 

(Alf/jurnalindo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *