Optimisme Prabowo-Gibran, Elektabilitas Menanjak, Strategi Kabinet, dan Tantangan Politik 2024

Prabowo Subianto menunjukkan optimisme yang tinggi dalam perhelatan Pemilihan Presiden 2024, yakin bahwa pasangannya, Gibran Rakabuming Raka, akan mampu (Sumber foto : KUmparan)
Prabowo Subianto menunjukkan optimisme yang tinggi dalam perhelatan Pemilihan Presiden 2024, yakin bahwa pasangannya, Gibran Rakabuming Raka, akan mampu (Sumber foto : KUmparan)

Jurnalindo.com, – Prabowo Subianto menunjukkan optimisme yang tinggi dalam perhelatan Pemilihan Presiden 2024, yakin bahwa pasangannya, Gibran Rakabuming Raka, akan mampu memenangkan pemilihan tersebut dalam satu putaran. Hasil survei dari dua lembaga, SPIN dan IPS, yang merilis angka elektabilitas Prabowo-Gibran melewati 50%, yakni 50,9% dan 51,8%, semakin menambah keyakinan Prabowo.

Meskipun sejumlah lembaga survei lain menunjukkan elektabilitas di bawah 50%, dengan indikator berkisar antara 45,79% hingga 46,7%, Prabowo tetap percaya diri menyongsong tanggal pencoblosan yang tinggal kurang dari sebulan.

Koalisi Indonesia Maju yang mendukung Prabowo-Gibran terdiri dari sembilan partai, dengan empat di antaranya memiliki kursi di parlemen (Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat) dan lima partai di luar parlemen (PBB, PSI, Gelora, Garuda, Prima). Pertanyaan strategis pun muncul seiring dengan potensi kemenangan Prabowo-Gibran: bagaimana pembagian kursi kabinet akan dilakukan?

Menurut beberapa praktisi dan pengamat politik, partai-partai besar yang mendukung Prabowo-Gibran, terutama yang memiliki kursi di DPR, kemungkinan besar akan mendapat prioritas dalam pembagian kekuasaan. Meskipun perolehan suara di Pemilu Legislatif 2024 bisa menjadi acuan, proporsi pembagian kursi kabinet mungkin juga bergantung pada kesepakatan internal anggota koalisi.

Adi Prayitno, seorang pakar politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berpendapat bahwa partai-partai pengusung awal seperti Gerindra, Golkar, dan PAN kemungkinan besar akan mendapatkan jatah kursi menteri prioritas, terlepas dari hasil Pileg nanti. Namun, sejumlah pengamat menyarankan bahwa pembagian kursi kabinet dapat bersifat proporsional berdasarkan kesepakatan anggota koalisi, baik hasil Pileg 2024 atau Pileg 2019 saat Prabowo-Gibran diusung.

Menariknya, Jokowi, meskipun bukan bagian dari koalisi Prabowo-Gibran, diprediksi akan berperan dalam menentukan kabinet Prabowo. Hal ini tercermin melalui Gibran, yang dianggap sebagai representasi Jokowi dalam pembagian kursi kabinet. Meski PSI, partai kecil yang dipimpin oleh Kaesang, putra bungsu Jokowi, memiliki peluang lebih besar untuk mendapat kursi menteri, Demokrat menyatakan bahwa mereka tidak merasa dibedakan dalam koalisi meskipun tergabung belakangan.

Dalam situasi ini, Adi Prayitno memprediksi bahwa posisi-posisi strategis akan menjadi incaran utama bagi partai-partai besar seperti Gerindra, Golkar, dan PAN. Terlebih lagi, perolehan suara yang signifikan di parlemen membuat Gerindra dan Golkar kemungkinan mendominasi dalam memilih posisi vital, seperti Menteri Keuangan, Menteri Pertahanan, atau Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Namun, meski Prabowo-Gibran terlihat kuat, tantangan politik belum berakhir. Kemungkinan pembentukan koalisi di parlemen dan negosiasi dengan partai-partai yang kalah menjadi hal yang perlu diatasi setelah pemilihan. PDIP, partai dengan kursi terbanyak di DPR, memiliki potensi menjadi oposisi kuat jika Prabowo-Gibran tidak berhasil membentuk koalisi yang kuat di parlemen. Strategi merangkul partai yang kalah, seperti yang dilakukan Jokowi pada tahun 2019, mungkin akan diadopsi oleh Prabowo untuk memastikan dukungan di tingkat legislatif.

Dengan semua variabel ini, kemenangan dalam Pemilihan Presiden 2024 hanya menjadi awal dari sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh Prabowo-Gibran. (Kumparan/Nada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *