Demi Kesehatan Mental, Pemuka Agama diminta ikut menyuarakannya

jurnalindo.com , Jakarta, 10/10/2022 – Kesadaran mengenai kesehatan mental diminta dibantu oleh para pemuka agama dimin demi mengikis stigma yang melekat di tengah masyarakat, kata Dr. Bahrul Fuad, M.A. yang juga Doktor Sosiologi dari Universitas Indonesia.

“Agama dan tokoh agama punya peranan penting dalam mengubah cara pandang masyarakat terkait dengan masalah kejiwaan,” kata Bahrul dalam konferensi pers daring, Senin.

Untuk mengubah persepsi, penjelasan seputar kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri dapat dimasukkan ke dalam khutbah agama seperti pengajian di masjid atau kebaktian di gereja.

Di sisi lain, para tokoh agama juga harus mendapatkan pengetahuan ilmiah terkait kesehatan mental agar ilmu terkait kesehatan jiwa bisa sesuai dengan pemahaman teks keagamaan, menghasilkan pemahaman baru dan positif terkait kesehatan mental.

Dia berharap para tokoh agama melakukan tafsir ulang terkait isi kitab suci yang bertentangan dengan kesehatan mental dan menyudutkan orang-orang dengan gangguan jiwa.

“Saya harap dengan penjelasan saintifik, tokoh agama bisa coba melakukan tafsir ulang terhadap teks keagamaan yang lebih positif dan dapat mendorong baik kepada keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah untuk lebih aware soal kesehatan jiwa atau mental,” papar anggota Dewan Penasehat NLR Indonesia itu.

Bahrul sudah 25 tahun jadi pegiat inklusi disabilitas juga menyebutkan tentang betapa pentingnya pendekatan agama terhadap pandangan disabilitas di Indonesia.

Selama ini, kata dia, berbagai agama mempercayai bahwa prilaku bunuh diri merupakan perbuatan dosa besar, sehingga mereka yang mencoba bunuh diri mengalami berbagai jenis stigma dan dipandang buruk dan orang yang meninggal karena bunuh diri dilabeli sebagai orang yang tidak bermoral atau memiliki karakter jiwa rendah dan tidak termaafkan.

Dia melanjutkan beberapa temuan ilmiah menunjukkan bahwa perilaku bunuh diri banyak disebabkan oleh situasi di luar individu yang menyebabkan keguncangan mental atau jiwa dan mendorong seseorang untuk melakukan prilaku bunuh diri.

“Saya harap agama, dalam hal ini keseluruhan, punya ajaran spiritualitas sangat kental, bisa dioptimalkan untuk membantu orang-orang yang mengalami gangguan jiwa agar bisa terbebas dari persoalan masalah kejiwaan,” ujar dia. (Ara)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *