Kasus DBD Membludak, Warga Klayusiwalan Ajukan Fogging

Kasus Demam Berdarah atau DBD membludak di Desa Klayusiwalan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati. Melihat kondisi tersebut Pemerintah Desa (Pemdes) (Sumber foto: Google)
Kasus Demam Berdarah atau DBD membludak di Desa Klayusiwalan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati. Melihat kondisi tersebut Pemerintah Desa (Pemdes) (Sumber foto: Google)

Jurnalindo.com, – Kasus Demam Berdarah atau DBD membludak di Desa Klayusiwalan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati. Melihat kondisi tersebut Pemerintah Desa (Pemdes) setempat akhirnya meminta bantuan berupa Logging kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Pati.

Dengan adanya bantuan tersebut diharapkan penyebaran penyakit DBD di desa itu bisa ditanggulangi, Sehingga kasus tidak terus bertambah.

Siswanto, selalaku Kepala Desa Klayusiwalan Mengatakan bahwa kasus DBD di daerahnya itu sudah merajalela. Bahkan, katanya, setiap hari kasus terus bertambah.

“Total minggu lalu saja itu positif DBD, itu yang terdeteksi sekitar 21. Ini selalu bertambah. Dan setiap hari ada yang ke rumah sakit,” katanya, Jumat (112/1/2024).

Meskipun demikian, pihaknya sudah melaksanakan perintah yang disarankan dari Dinkes Pati, diantaranya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Namun masih saja kasus tersebut mengalami kenaikan.

“Sampai detik ini, penyakit tersebut masih tetap merajalela. Saat ini yang ada di RS Budi Agung sekitar enam orang. Yang di Puskesmas juga sama. Jadi hampir setiap hari desa kita itu ada yang berada di rumah sakit karena DBD,” jelasnya.

Agar kasus tidak semakin bertambah, pihaknya sudah mengajukan permohonan fogging agar dilakukan di semua rumah warga. Pihaknya pun siap secara mandiri membayarnya, mengingat anggaran fogging di Dinkes terbatas.

“Dari kami ada 18 RT. Kami bersedia membayar secara mandiri. Kemarin sudah meminta ke dinas terkait untuk segera dijalankan,” ungkapnya.

Ia mengatakan sebelumnya Dinkes baru-baru ini sudah melakukan fogging di desanya. Namun, hanya menyasar di lingkungan sekolahan.

“Sudah dua kali Dinkes menjalankan fogging. Pertama di sekolahan MI dan kedua di TK SD dan sekitarnya. Belum menyentuh rumah ke rumah,” tuturnya.

Pihaknya saat ini juga gencar melakukan sosialisasi ke warga, baik melalui pengumuman di Masjid, mushola maupun di rapat-rapat RT. Di antaranya, jika ada warga yang sakit lebih dari tiga hari, maka harus sesegera mungkin dilakukan penanganan ke rumah sakit terdekat.

Selanjutnya, harus sering menguras bak mandi. Tujuannya untuk menekan perkembangan nyamuk. Kemudian memberikan obat abate.

“Puskesmas sudah memberikan 400 lebih obat abate ke warga Klayusiwalan,” sambungnya.

Terakhir, pihaknya bersama masyarakat juga sudah melakukan kerja bakti, supaya air bisa mengalir dengan lancar.

“Semua sudah kita lakukan, sehingga sampai detik ini fogging itu kita harapkan bisa masuk ke rumah-rumah,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati Aviani Tritanti Venusia mendorong masyarakat gencar menerapkan PSN untuk mencegah kasus DBD. Namun dalam realisasinya masih dijumpai sejumlah kendala. Seperti PSN yang tidak dilakukan secara berkala.

“Padahal setiap seminggu sekali harus wajib PSN,” katanya.

“Kemudian, katanya, mindset masyarakat awan masih menganggap bahwa setiap ada 1 kasus perlu di fogging. “Padahal fogging ada kriterianya,” sambunya.

Berdasarkan informasi suatu daerah atau Desa bisa mendapat bantuan fogging, jika sudah ditemukan minimal 1 kasus penderita DBD dengan jarak 100 meter kemudian dalam kurun waktu berturut-turut 3 minggu lamanya. Serta angka bebas jentiknya kurang dari 95 persen. Atau jika ditemukan minimal 3 penderita tanpa sebab dalam radius 100 meter. (Juri/Nada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *