Penulis : Abu Nashrul
Pengurus IKA PMII Pati
Jurnalindo.com, – Di sebuah desa yang asri, hiduplah seorang tokoh yang dihormati, sebut saja ustadz Omon². Dalam suatu hari, suaranya yang menggelegar terdengar di masjid, memberikan khutbah yang menggetarkan hati. Namun, di balik penampilannya yang religius, tersimpan sebuah rahasia yang kelam.
Ustadz Omon² adalah salah satu pendiri koperasi di desa tersebut. Namun, ia juga menjadi salah satu peminjam tergolong besar (hingga ratusan juta) yang macet. Sudah lebih dari 10 tahun berlalu, tapi pinjaman itu tak kunjung dibayar. Setiap kali karyawan koperasi datang menagih, ustadz Omon² selalu marah-marah.
“Kalian tahu siapa saya? Saya ini pendiri koperasi ini! Tanpa saya, koperasi ini tidak akan pernah ada!” bentaknya.
Para karyawan hanya bisa menghela napas. Mereka tahu, ustadz Omon² adalah sosok yang sulit ditagih. Apalagi, ia selalu menggunakan dalih agama untuk menghindari kewajibannya.
Suatu hari, seorang karyawan baru bernama Roy mencoba menagih utang ustaz Omon². Dengan sopan, Roy menjelaskan bahwa tunggakan koperasi bertambah, upaya untuk menurunkan adalah menagih yang macet-macet, yang salah satu diantaranya adalah ustadz Omon². Namun, Ustadz Omon² tetap bersikeras.
“Saya ini ustaadz! Kalian tidak boleh menagih utang kepada saya dengan cara seperti ini!” ujarnya.
Roy pun mencoba mengingatkan ustadz Omon² tentang ajaran agama yang menekankan pentingnya membayar utang. Namun, ustadz Omon² malah memberikan ceramah panjang lebar tentang keutamaan sedekah.
“Sedekah itu lebih utama daripada membayar utang. Dengan sedekah, pahala kita akan berlipat ganda,” katanya.
Roy hanya bisa menggelengkan kepala. Ia tahu, ustadz Omon² hanya mencari-cari alasan untuk tidak membayar utangnya.
Saking liciknya, setelah mendapatkan pinjaman, ustadz Omon² meminta kembali agunan yang telah diserahkannya dengan alasan untuk ini-itu, setelah urusan selesai akan dikembalikan. Pengelola koperasi yang mayoritas adalah “muridnya” merasa tidak enak hati karena kalau tidak dituruti kemaunya ustadz Omon² pasti akan marah-marah, akhirnya menyerahkan agunan tersebut.
Sejak saat itu, Roy dan karyawan lainnya trauma dan tidak pernah lagi menagih utang kepada ustadz Omon². Ia sadar, berurusan dengan orang seperti ustadz Omon² hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga.
Pesan Moral :
Kisah diatas, menggambarkan bahwa kekuasaan dan status sosial tidak selalu menjamin integritas seseorang. Bahkan, orang yang paling dihormati sekalipun bisa saja melakukan tindakan yang tidak terpuji. (Jurnalindo.com)