Oase  

Abdullah Syafiq: Memahami Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin

Belakangan ini, dunia Islam sedang diguncang hebat dengan maraknya isu islamophobia. Guncangan ini bukanlah sekedar guncangan biasa. Melainkan bagian dari rangkaian cobaan dan ujian yang Allah SWT berikan kepada umat Islam.

Isu-isu ini menguji kita, umat Islam, apakah kita benar benar memaknai Islam sebagai rahmatan lil alamin. Disini bukan hanya keimanan kita yang diuji, tapi juga pemahaman kita mengenai konsep rahmatan lil alamin. Rahmatan lil alamin sendiri berarti berkah/rahmat bagi seluruh alam semesta. Islam, sebagai agama rahmatan lil alamin, harus bisa membawa berkah bagi seluruh umat manusia, baik yang seiman maupun yang tidak.

Untuk bisa membawa berkah bagi seluruh umat manusia, umat Islam haruslah bisa berbuat baik kepada siapa saja tanpa terkecuali. Dengan begitu, agama Islam akan menjadi rahmatan lil alamin. Islam bisa berkembang dengan pesat pada masa Rasulullah SAW bukan karena kekuatan pedang, tapi dengan kekuatan hati. Yaitu kekuatan hati untuk bisa berlaku baik kepada siapa saja dan dimana saja. Dengan begitu, orang-orang kafir Arab tersentuh hatinya oleh kebaikan umat Islam dan akhirnya bergabung dengan Islam. Bukankah dari Walisongo kita bisa belajar metode dakwah yang baik, sopan, dan adaptif dengan keadaan di Nusantara? Iya hanya di kisaran waktu yg sebentar Islam bisa tersebar di Nusantara. Itu artinya, wajah Islam yang sesungguhnya adalah aplikatif dan adaptif dengan konteks dan keadaan kekinian. Dari sini wajah Islam yg ramah bisa kita lihat.

Sementara, jika kita melihat keadaan dunia sekarang, umat Islam justru tidak menggunakan kekuatan hati yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam menghadapi kebencian yang menyerang agama Islam. Mari kita lihat realitanya di Indonesia, di tengah hangatnya isu Jerussalem, yang dilakukan oleh umat  Islam di Indonesia hanyalah mengecam Amerika, menyebarkan pesan berantai yang mengajak untuk memboikot produk-produk Amerika, menyebarkan kebencian terhadap Amerika dan Yahudi, dll. Hal Ini sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Bukankah Kanjeng Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak? dan turunan dari akhlak adalah bertindak yang baik, dengan niat yg baik, dan meninggalkan sesuatu yg baik.

Maka sangat wajarlah umat Islam sekarang banyak yang memusuhi dan membenci. Islam, yang diharapkan membawa berkah bagi seluruh umat manusia, malah membawa dunia menuju perpecahan dan kehancuran. Umat Islam sekarang sudah kehilangan kekuatan hatinya dan hanya berbuat baik kepada yang seiman saja (itupun hanya dengan yang sepemikiran). Melencengnya sikap umat Islam inilah yang menyebabkan banyak pihak yang memusuhi Islam karena  mereka (yang memusuhi Islam) tidak merasakan kebaikan dari umat Islam, malah sebaliknya, mereka merasa dirugikan oleh umat Islam. Jika penyimpangan ini terus dipertahankan, maka kehancuran umat Islam tinggal menunggu waktu saja.

Untuk mencegah hal itu terjadi, kita haruslah bertanya kepada diri kita sendiri terlebih dahulu. Kita memahami syariat Islam hanya sebagai ritual atau maknawiyah ?  Apa kita menjadi Islam hanya karena kita shalat atau karena kita benar-benar memahami dan memaknai Islam itu sendiri ? realita yang ada adalah, umat Islam Indonesia hanyalah melaksanakan syariat Islam yang ia sukai, hanyalah melaksanakan ritual-ritualnya saja, tanpa pernah ada niatan dan keinginan untuk meneladani Rasulullah SAW. Umat Islam sekarang hanya mengaku sebagai umatnya Rasulullah tanpa mencoba meniru perilaku Rasulullah.

Dalam kasus ini, ingatlah kita pada kisah dimana Rasulullah selalu menyuapi seorang nenek tua miskin, buta dan Yahudi setiap hari dengan ikhlas walaupun nenek tua ini selalu mencaci Rasul. Rasulullah tidak hanya menggunakan kekuatan hatinya kepada nenek tua ini, tapi kepada semua orang baik yang suka maupun benci kepada Rasul. Sikap inilah yang tidak diteladani oleh umat Islam Indonesia sekarang. Umat Islam Indonesia sudah terpengaruh oleh semangat primordialisme. Memang, Islam adalah satu-satunya agama yang benar, tapi bukan berarti umat Islam harus memandang rendah umat beragama lain. Bukan berarti umat Islam harus memusuhi umat lain. Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk membenci sesama manusia. Islam juga tidak pernah mengajarkan umatnya untuk menyebarkan kebencian kepada sesama manusia.

Untuk itulah, bukan hanya demi umat Islam saja, tapi juga umat manusia, kita harus menghentikan segala rasa benci yang ada di dalam diri kita, berhenti memusuhi sesama umat manusia, dan mari kita latih dan kuatkan kekuatan hati kita. Kekuatan hati yang diajarkan dan diwariskan oleh Rasulullah inilah yang akan membawa Islam kemasa jayanya kembali. Dengan kekuatan hati inilah akan tercipta kedamaian abadi. Dan dengan kekuatan hati ini pula, Islam akan menjadi agama rahmatan lil alamin.
Pandanglah agama dan golongan lain sebagaimana Islam ingin dipandang.
(Penulis: Abdullah Syafiq Muadz, Ketua PC GP Ansor Pati)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *