News  

Massa Dikepung di Asrama, Demo Mahasiswa Papua saat KTT G20 di Bali Digebuki hingga Luka-luka

Jurnalindo.com, Bali, Demonstrasi mahasiswa Papua yang tergabung dalam Komite Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Kota Bali dihajar massa dan aparat keamanan di Denpasar, Bali, Rabu (16/11/2022) pagi. Puluhan mahasiswa Papua yang dipukuli akhirnya masuk ke Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Yeh Aya No 52, Denpasar. Hingga sore hari, mereka masih terkurung, tak mampu keluar dari reservasi Papua.

Bentrok bermula ketika AMP Bali mengambil tindakan menentang KTT G20, menuntut penentuan nasib sendiri atau kemerdekaan bagi rakyat Papua Barat (West Papua), yang terletak di Indonesia di provinsi Papua dan Papua Barat.

Saat itu, massa mahasiswa kepausan sudah berbaris, membentangkan spanduk dan mengangkat poster menuju titik aksi Konsulat AS di Jalan Hayam Waruk, Renon, Denpasar.

Ketua Komite Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Kota Bali Herry Meaga menjelaskan kronologi aksi yang berujung bentrok tersebut. Dijelaskan, prosedur dimulai pukul 09.30 WITA. Saat itu, Korlap memerintahkan massa buruh untuk menuju titik buruh.

“Sehingga massa aksi keluar dan berdiri berjejeran di pinggir jalan serta memegang poster/ tuntutan,” kata Herry.

Namun, jelas Heri Megha, sebelum menuju titik kerja American Consultants Company, massa pekerja berhadapan langsung dengan sekelompok ormas reaksioner, pejabat Pecalang dan desa-desa dalam jumlah besar.

“Kemudian membungkam dan merepresi massa aksi serta meneriaki dengan kata-kata rasial,” kata Herry Meaga.

Lebih lanjut, Heri menjelaskan sekitar pukul 10.00 WITA, pendemo dihadang dan dilempari batu, kayu dan botol serta banyak ormas yang menggunakan ketapel China. Karena grup pemblokiran lebih besar, Hiri Mega menyatakan bahwa kerja tim tidak dapat dibendung.

“Karena jumlah ormas semakin banyak dan terus mendorong serta memukul mundur kawan-kawan sehingga kawan korlap mengambil komando untuk mengarahkan kawan-kawan kembali masuk ke dalam Asrama,” tuturnya. 

Karena situasi kerja yang kurang kondusif, menurut Herry, pada pukul 11.00 WITA, koordinator lapangan mengarahkan gerakan kelompok yang dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan sikap. Dia menjelaskan, akibat aksi kekerasan tersebut, sejumlah pengunjuk rasa mengalami luka-luka.

Baca Juga: Presiden Jokowi : KTT G20 Bali tidak ada kaitanya dengan Politik, jadi Jangan Ditarik ke Politik

Herry Meaga mengatakan, sedikitnya tujuh pengunjuk rasa terluka. Antara lain, massa mendapatkan inisialnya, ia terluka oleh pecahan peluru yang dilemparkan pengacau, ujung telinganya robek, Ya terluka oleh ketapel di perut, dan Lee terluka oleh cincin duri. Dia dipukul di perut dengan pukulan bambu di wajah, dan dipukul di punggung. bagian bibir.

Selain itu, disebutkan sejumlah peralatan kerja dirusak dan disita. Antara lain loudspeaker disita, kabel speaker dipotong, beberapa label disita dan dirobek, serta baris perintah disita.

Pada waktu pers, situasi saat ini tidak menguntungkan. Kabarnya, jaringan Telkomsel di wilayah Asrama Papua diduga mati. Massa ormas, intel, dll menutup pintu keluar masuk Wisma Muda Papua agar pengunjuk rasa tidak bisa membubarkan diri.

Heri Mega mengaku pihaknya masih dikepung oleh aparat keamanan di asrama Papua sehingga para pendemo tidak bisa membubarkan diri. (Slmn/Suara.Denpasar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *