readpsos.com – Tatkala sang surya menyembunyikan dirinya di balik awan dan kemudian tenggelam di ujung barat sana. Mega-mega merah menghiasi langit senja. Adzan magrib berkumandang dengan merdunya. Lalu aku bergegas mengambil air wudhu di kamar mandi dan segera melaksanakan sholat magrib. Setelah menyelesaikan sholat aku berdoa kepada sang illahi, ku curhatkan semua tentang keresahan hatiku. Ketika siang tadi aku baru saja mengetahui bahwa sahabatku ternyata diam-diam memendam rasa cinta untuk kekasihku yang tak lama lagi akan bertunangan denganku. Tadi aku tak sengaja membuka buku-buku Fatma dan ada buku diarynya yang berada di tumpukan paling bawah, rasa kepo muncul di pikiranku, apa saja sih yang ditulis Fatma? Kebetulan fatma berada di toilet, cepat-cepat aku membaca semua dengan seksama. Di dalam buku pink mungil itu dia menuliskan segala kisahnya, termasuk kisah asmara yang ia pendam selama ini untuk Doni kekasihku. Usai membaca tulisan-tulisan rapi Fatma itu, Aku menangis tersedu-sedu. Sesaat aku merasa kesal terhadap Fatma karena dia telah lancang mencintai kekasihku yang sebentar lagi akan bertunangan denganku. Tetapi aku kembali berpikir kalau Fatma pun berhak mencintai siapapun. Aku segera mengusap air mataku ketika Fatma kembali dan segera aku berpamit pulang ke padanya, jika aku tetap berada di situ rasanya hatiku benar-benar tersakiti. “Eh Fatma.” Ucapku “ Loh mata kamu kenapa kok merah?” “ nggak kok, ini tadi Cuma kelilipan.” Jawabku berbohong pada Fatma. “ serius?” tanyanya lagi untuk memastikan. “iya, yaudah aku pamit pulang dulu ya.” “buru-buru banget sih, yaudah deh hati-hati di jalan ya.” Malam ini hatiku benar-benar gelisah akan kisah asmara. Bagaimana nasib pertunanganku dengan Doni? Aku meminta petunjuk kepada illahi usai sholat magrib ini. Aku bingung apakah harus melanjutkan pertunangan atau mengikhlaskan Doni untuk sahabatku Fatma ? Aku tak bisa membuat keputusan untuk memilih salah satu di antara kedua hal tersebut. Di satu sisi aku ingin membentuk mahligai rumah tangga dengan Doni namun di sisi lain aku tak mungkin bahagia di atas penderitaan orang lain, apalagi orang lain itu adalah sahabatku sendiri. Setelah aku meminta petunjuk ke pada Allah tapi hati ini masih saja belum tenang. Lalu ku baca ayat-ayat suci Al Qur’an dan hatiku sedikit demi sedikit terasa lebih damai dan tenang. Aku melepas mukena putih yang membalut seluruh tubuhku dan segera mengambil handphone lalu ku ceritakan semuanya pada Doni. Ia pun ingin berkata ingin menjelaskan semuanya pada Fatma bahwa ia tak bisa membalas cinta Fatma. Namun aku melarang Doni untuk mengambil tindakan itu, karena ucapannya akan mendera hati Fatma. Doni menjadi semakin gegana alias gelisah galau merana. Kita berdua bingung harus bagaimana. Aku sangat mencintai Doni begitupun sebaliknya, lantas bagaiman dengan Fatma yang juga mencintai Doni dalam diam ?. Aku pun akan merasa terluka apabila sahabatku merana. Banyak yang ku perbincangkan pada Doni. Tanpa berpikir panjang Doni meminta agar mempercepat pertunangan kita, yang semula akan di gelar dua minggu yang akan datang menjadi minggu depan. Aku menyetujui pendapat Doni, Namun sebelum acara di langsungkan aku meminta kepada Doni untuk segera menyelesaikan cinta segitiga ini. Aku tak ingin menjadi egois karena hanya memikirkan kebahagiaanku saja. Aku tak ingin sahabatku terluka , apalagi yang melukainya adalah diriku. Tak hanya ku ceritakan masalah ini kepada Allah dan Doni saja. Namun ku ceritakan pula kepada orang tua ku. Dan pendapat Doni untuk mempercepat pertunangan juga di setujui oleh ayah dan ibu. Mereka akan segera mempersiapkan semuanya sedangkan aku akan meyelesaikan masalah ini, terutama terhadap Fatma sedari kecil itu. Penulis : Vina (Mahasiswa Bahasa Inggris Unisula)