Mengenal Makna Ogoh-ogoh dan Sejarahnya dalam Perayaan Nyepi

Jurnalindo.com – Ogoh-ogoh menjadi simbol Bhuta Kala yang tak bisa terpisahkan dari perayaan Nyepi. Sejarah ogoh-ogoh bisa dilacak kembali hingga masa lalu.

Konon, ogoh-ogoh pertama kali diperkenalkan oleh seorang pendeta Hindu bernama Dang Hyang Nirartha, yang juga dikenal sebagai Dang Hyang Dwijendra.

Dalam catatan sejarah, Dang Hyang Nirartha merupakan seorang pendeta yang sangat berpengaruh di Bali pada abad ke-16. Ia dikenal sebagai pemimpin spiritual yang berhasil menyebarkan ajaran Hindu di Pulau Dewata tersebut.

Baca Juga: Terbongkarnya Aksi Keji Pelaku Mutilasi di Penginapan Kaliurang Sleman, Berikut Kronologinya

Dan Hyang Nirartha disebut-sebut telah memperkenalkan berbagai tradisi dan upacara agama Hindu kepada masyarakat setempat.

Menurut beberapa sumber, Dan Hyang Nirartha adalah orang pertama di Bali yang mengadopsi tradisi Ogoh-ogoh dan memasukkannya ke dalam bentuknya yang sekarang.

Sejak itu, tradisi Ogoh-ogoh Bali berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Nyepi.

Selama festival, patung-patung raksasa diarak dalam parade untuk melambangkan pengusiran roh jahat dari Nyepi pada malam hari ketika umat Hindu Bali bermeditasi dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu Ogoh-ogoh merupakan simbol penting dalam perayaan keagamaan Hindu di Bali. Ogoh-Ogoh dipercaya mewakili roh jahat atau Bhuta Kala yang telah mengganggu ketenangan dalam setahun terakhir dan dibakar dalam upacara Nyepi untuk mengusir roh jahat.

Baca Juga: Viral, Ogoh-ogoh Mixue Ramaikan Hari Besar Nyepi di Bali

Bhutakara sendiri merupakan makhluk mitos dalam kepercayaan Hindu Bali yang merepresentasikan kejahatan dan kegelapan.

Mereka dianggap roh jahat dan diperingati dan dikalahkan melalui berbagai upacara keagamaan, termasuk hari raya Nyepi dengan membakar Ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh digunakan sebagai lambang fisik Bhutakala dan dibakar sebagai lambang kemenangan atas kejahatan dan kegelapan. Ogoh-ogoh dan Bhuta Kala terkait erat dalam tradisi dan kepercayaan agama Hindu Bali. Seiring berjalannya waktu, Ogoh-Ogoh semakin modern dan kreatif.

Selain bahan tradisional seperti bambu dan kertas, Ogoh-ogoh dibuat dari bahan modern seperti styrofoam, kain dan plastik.

Bahkan beberapa Ogoh-ogoh modern menampilkan efek cahaya dan suara yang menambah drama pada Perayaan Nyepi. Ogoh-ogoh modern juga memiliki tema yang lebih bervariasi dan belum tentu menggambarkan Bhutakala.

Baca Juga: Kasus Pelecehan Seksual di SMK. Pihak Sekolahan Serahkan Ke Pihak Polisi.

Beberapa Ogoh-ogoh modern memindahkan tema pahlawan super dan karakter anime ke simbol budaya dan sosial politik.

Namun, meskipun ada perubahan dan inovasi, Ogoh-ogoh tetap dianggap sebagai bagian penting dari Perayaan Nyepi dan dipandang sebagai simbol kejahatan dan kegelapan yang harus diperangi dan dikalahkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *