Ketua BEM UI ungkap Keluarga di Intimidasi Aparat

JurnalIndo.com – Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) Melki Sedek Huang mengaku dirinya dan kedua orang tuanya sering mendapatkan intimidasi dari aparat Polri dan TNI, karena ia mengkritisi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia capres-cawapres yang meoloskan Gibran menjadi cawapres Prabowo.

Menurut Melki Sedek Huang, yang disesalkan intimidasi tersebut juga ditujukan kepada kedua orang tua dan gurunya, selain ke dirinya.

Hal itu diungkapkan Melki Sedek Huang usai acara diskusi di UI, Selasa (7/10/2023) malam.

“Ya, di rumah didatangi oleh aparat keamanan, ada dari TNI dari Polri menanyakan ke ibu saya,” kata Melki.

Menurutnya, pemerintah itu harus sadar diri akan masalah yang ada, bukan malah mengelak dari keadaan saat ini dan merasa baik-baik saja. Ia pun menilai upaya intimidasi itu merupakan bentuk pembungkaman berekspresi.

“Dan ini sangat berbahaya bagi demokrasi, karena orang sekarang semakin takut berbicara, orang semakin takut bersuara,” kata Isnur.

Isnur mendorong pemerintah mengusut aparat yang diduga telah melakukan intimidasi terhadap Ketua BEM UI.

“Dan tentunya kepolisian, tentara yang melakukan upaya-upaya surveilance, upaya intimidasi kepada keluarga dari BEM UI ini harus dicari tahu, harus diperiksa. Jangan sampai terulang kembali penculikan di masa lalu,” tandasnya.

Sebelumnya, Ketua BEM UI Melki Sedek Huang mengaku mendapat sejumlah ancaman mengarah ke intimidasi. Intimidasi juga terjadi terhadap orang tua Melki dan guru SMA nya di Pontianak, Kalimantan Barat.

“Ibu saya di rumah didatangi aparat keamanan, ada dari TNI-Polri menanyakan ke ibu saya, Melki biasa balik ke rumah kapan? Melki kegiatan dulu di rumah ngapain saja?” kata Ketua BEM UI saat ditemui di Lapangan Rotunda Kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa (7/11/2023).

“Ibu komunikasi dengan Melki gimana? beberapa kali ditanyakan termasuk guru di sekolah saya. HP saya pun sudah beberapa kali ditelepon oleh aparat keamanan,” tambahnya.

Melki menilai, semakin banyak ancaman, berarti posisi kritisnya di jalan yang benar.

“Tapi tidak satu pun ancaman itu buat kita gentar, artinya kalau kita semakin banyak diancam, kita sudah di jalan yang benar,” ujarnya.

Melki menyebut, sebenarnya ancaman telah diterimanya sejak awal tahun menjadi Ketua BEM UI. Namun menjelang dan setelah aksi menolak putusan MK semakin banyak.

“Ancaman dari awal tahun menjadi Ketua BEM UI, tapi habis aksi dan menjelang aksi putusan MK semakin banyak,” ucapnya.

(goriau/rido)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *