Review Film: “Rumah Masa Depan” – Menapak Kembali ke Kebersamaan yang Sederhana

"Rumah Masa Depan," sebuah film yang mengadaptasi sinetron dengan judul yang sama yang pernah tayang di TVRI pada tahun 1984, menghadirkan (Sumber foto: BeritaSatu)
"Rumah Masa Depan," sebuah film yang mengadaptasi sinetron dengan judul yang sama yang pernah tayang di TVRI pada tahun 1984, menghadirkan (Sumber foto: BeritaSatu)

Jurnalindo.com, – “Rumah Masa Depan,” sebuah film yang mengadaptasi sinetron dengan judul yang sama yang pernah tayang di TVRI pada tahun 1984, menghadirkan nuansa kebersamaan dan kesederhanaan sebagai obat penawar rindu pada “drama rumah” era lampau. Dengan fokus pada nilai-nilai kekeluargaan, film ini membawa penontonnya menapak kembali ke masa di mana rumah bukan hanya properti, melainkan tempat istimewa yang diberkahi oleh kenangan.

Namun, pendekatan ini juga membawa efek samping. Penggunaan nuansa dan gaya dari masa lalu terkadang membuat sudut pandang dalam film ini terlihat usang. Sebagai contoh, keengganan untuk menggambarkan Sukri (Fedi Nuril) sebagai seorang pria bermasalah terungkap dalam adegan di mana ia mengabaikan opini keluarganya, terutama sang istri, Surti (Laura Basuki), dalam pengambilan keputusan.

Meskipun demikian, “Rumah Masa Depan” mampu menghadirkan pandangan klasik yang meromantisasi rumah sebagai tempat yang dihiasi oleh kenangan berharga. Pada awal film, musik mendayu karya Andhika Triyadi mendukung perjalanan kamera yang memotret sudut-sudut rumah protagonis kita, memberikan sentuhan yang kuat pada konsep rumah sebagai wadah untuk berbagai kenangan indah.

Cerita dimulai ketika Sukri dan Surti, diikuti oleh kedua anak mereka, Bayu (Bima Azriel) dan Gerhana (Ciara Nadine Brosnan), memutuskan untuk pergi berlibur menyusul kesulitan di pekerjaan masing-masing. Namun, liburan ini berubah menjadi perjalanan ke desa Cibeureum setelah kabar duka datang. Di sana, konflik lama antara Bu Musa (Widyawati) dan menantunya, Sukri, kembali muncul.

Meskipun terdapat berbagai subplot yang mungkin sedikit melenceng dari kesederhanaan yang diusung film ini, pengarah cerita Danial Rifki mampu menyajikan semuanya dengan rapi. Subplot yang kompleks tidak membuat cerita terasa kacau, dan tempo ceritanya diatur dengan baik, memberikan kenyamanan bagi penonton.

Penampilan para pemain juga patut diacungi jempol. Ciara Nadine Brosnan memikat sebagai bocah yang lucu, sementara duet Laura Basuki dan Widyawati berhasil menyajikan berbagai nuansa dengan apik. Kolaborasi keduanya mencapai puncaknya dalam adegan berlatar kamar mandi, memberikan kesan kuat tentang pentingnya komunikasi dalam sebuah keluarga.

Di akhir film, “Rumah Masa Depan” berhasil menyampaikan pesan utamanya, bahwa keluarga seharusnya saling menyayangi dan memahami. Melalui kisahnya, film ini mengajak penontonnya untuk kembali kepada nilai-nilai sederhana ini. Pesan yang disampaikan mungkin sederhana, namun apakah keluarga seharusnya tidak seperti itu? Film ini dengan apik mengingatkan kita akan keindahan kebersamaan dalam setiap sudut rumah. (Kompasiana/Nada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *