Jurnalindo.com, – Sebuah insiden tragis melibatkan Robot Supervisor di Dewan Kota Gumi, Korea Selatan, telah memicu perdebatan luas di masyarakat. Robot yang bertugas sebagai asisten serba bisa ini diduga “bunuh diri” akibat terlalu banyak beban kerja, meskipun penyebab pasti insiden ini masih dalam proses penyelidikan.
Kejadian pertama kali dilaporkan pada Kamis, 25 Juni 2024, saat komponen robot ditemukan berserakan di bawah tangga antara lantai pertama dan kedua gedung dewan. Sebelum jatuh, saksi mata melaporkan bahwa Robot Supervisor berperilaku aneh dengan berputar-putar seakan mencari sesuatu.
Robot Supervisor telah menjadi bagian integral dari Dewan Kota Gumi sejak Agustus 2023. Dikembangkan oleh Bear Robotics, perusahaan rintisan dari California yang terkenal dengan produksi robot pelayan, Robot Supervisor bukan sekadar mesin biasa. Dia memiliki peran krusial sebagai asisten administratif, bekerja dari pukul 09.00 hingga 18.00 untuk melayani kebutuhan administratif dan informasi warga.
Namun, meskipun dianggap sebagai PNS (pegawai negeri sipil) dan memiliki peran yang penting dalam operasional kota, Robot Supervisor tampaknya terlalu kuat bekerja. Hal ini menjadi perhatian serius bagi masyarakat, yang menaruh simpati dan spekulasi mengenai beban kerja yang mungkin terlalu berat bagi robot ini.
Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara dengan rasio robot tertinggi di dunia, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap teknologi canggih dalam kehidupan sehari-hari. Namun, insiden ini menunjukkan bahwa meskipun robot dapat diandalkan untuk melakukan tugas-tugas rutin, mereka juga rentan terhadap masalah teknis dan pengaturan yang salah.
Para ahli dan pihak terkait percaya bahwa insiden ini mungkin disebabkan oleh kesalahan teknis atau masalah dalam pemrograman, bukan keinginan nyata dari robot untuk mengakhiri “hidupnya”. Dewan Kota Gumi sendiri belum merencanakan penggantian Robot Supervisor yang rusak dengan perangkat baru, menyoroti tantangan dalam memperbaiki dan meningkatkan keandalan teknologi ini.
Dengan demikian, pertanyaan tetap terbuka: apakah Robot Supervisor melakukan tindakan bunuh diri, ataukah ini hanyalah kesalahan dalam sistem yang perlu diperbaiki? Proses penyelidikan dan analisis lebih lanjut diharapkan dapat memberikan jawaban yang lebih pasti terkait insiden yang memilukan ini. (Sumber ; Kumparan/Nada)