Jurnalindo.com – Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat terjadi penurunan kasus harian Covid-19 di Indonesia yang mencapai 9.629 pada Senin (14/3/2022). Tren penurunan tersebut merupakan yang paling rendah sejak akhir Januari 2022. Selain kasus harian Covid-19 yang mengalami penurunan, angka kesembuhan pasien Covid-19 juga mengalami peningkatan dalam sehari. Dari yang semula 25.854 menjadi 39.296. Sebaliknya, peningkatan angka kesembuhan tersebut membuat angka keterisian rumah sakit turun dari 22 persen menjadi 21 persen. Kendati demikian, apakah kabar baik tersebut menandakan pandemi Covid-19 di Indonesia segera berakhir?
Kapan pandemi berakhir? Menurut epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman, penurunan tren kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia tidak menandakan pandemi akan segera berakhir. “Belum. Sama sekali belum. Masih jauh ya,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/3/2022). Apalagi dengan munculnya virus Covid-19 subvarian Omicron BA.2 yang telah masuk ke Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Budi Sadikin Gunadi dalam keterangan pers tentang ratas Evaluasi PPKM secara virtual, Senin (14/3/2022).
Subvarian Omicron BA.2 picu gelombang baru Dicky menjelaskan bahwa subvarian Omicron BA.2 memiliki potensi menimbulkan gelombang baru seperti yang terjadi di Eropa, Hongkong, dan beberapa negara lainnya. Pasalnya, subvarian Omicron BA.2 ini lebih cepat menular dan memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi dibanding subvarian sebelumnya.
Selain kemunculan subvarian baru, cakupan vaksinasi dosis kedua di Indonesia juga belum merata. Begitu pun dengan vaksinasi booster yang belum mencapai target. “Inilah yang masih belum tercapai sehingga menempatkan kita (Indonesia) dalam posisi yang rawan,” tutur Dicky. Oleh karena itu, Dicky mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan tidak lengah di tengah pelonggaran yang mulai diberikan pemerintah Indonesia. “Ketika pandemi ini belum keluar dari masa akutnya, kita harus sangat-sangat berhati-hati dalam melakukan pelonggaran,” imbuhnya.
Kriteria akhir pandemi Menurut Dicky, terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi ketika hendak mengakhiri status pandemi Covid-19. Pertama, cakupan vaksinasi dosis kedua. Setidaknya 70 persen masyarakat di dunia telah memperoleh vaksinasi dosis kedua. Capaian ini bisa menjadi pertimbangan untuk mengakhiri masa pandemi Covid-19. “Setidaknya 70 persen dari jumlah penduduk di dunia itu sudah 2 kali divaksin. Itu sudah lumayan modalnya,” katanya.
Selain cakupan vaksinasi, kriteria kedua yang perlu dipenuhi sebelum mengakhiri status pandemi adalah kasus Covid-19 tidak lagi menjadi penyakit dominan. Berdasarkan kedua kriteria tersebut, untuk saat ini Dicky belum melihat adanya tanda bahwa pandemi akan segera berakhir.
“Tampaknya kalau saat ini ya jelas belum (diakhiri). Nanti kita lihat di akhir tahun,” pungkasnya.
Respons WHO terkait akhir pandemi Dikutip dari Aljazeera, Jumat (11/3/2022), Organsasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memiliki kewenangan untuk mencabut status pandemi Covid-19 di dunia juga belum mempertimbangkan akan melakukan hal serupa. Pasalnya, meskipun kasus Covid-19 mengalami penurunan di beberapa negara, namun kenaikan kasus juga terjadi di negara lain, salah satunya di China. China bahkan melaporkan adanya kenaikan kasus harian sebanyak 1.000 kasus. “Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional untuk Covid-19 sedang mempertimbangkan kriteria yang diperlukan untuk menyatakan darurat kesehatan masyarakat internasional akan diakhiri,” kata WHO. “Hingga saat ini, kita belum memutuskan untuk mengakhirinya,” tulisnya.
Sumber: Kompas.com/Aniq