KKP: Utamakan Revitalisasi Ketimbang Buka Lahan Baru

Jurnalindo.com – Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengutamakan revitalisasi tambak udang tradisional ketimbang membuka lahan baru tambak udang untuk bisa mencapai target produksi 2 juta ton udang pada 2024. Hermawan selaku Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP dalam webinar “Geliat Bisnis Udang dan Unggas di Tahun Macan Air” yang dipantau di Jakarta, Kamis, mengatakan revitalisasi jadi program utama lantaran banyak tambak-tambak tradisional yang idle dan produktivitasnya rendah. “Jadi terkait pembukaan lahan baru, bukan tidak diizinkan, tapi Pak Menteri menginginkan bahwa pembukaan lahan baru harus dilakukan dengan selektif,” katanya. Tinggal menuturkan, dari pengalaman terdahulu, banyak lahan tambak udang dibuka secara serampangan, masif, dan tidak dikelola dengan baik. Bahkan, saat ini hampir 90 persen lahan tambak udang yang ada merupakan lahan tradisional yang produktivitasnya rendah, tidak memenuhi syarat budi daya yang baik sehingga tidak memberikan kesejahteraan secara ekonomi. “Sehingga Pak Menteri ingin lebih fokus pertambakan itu direvitalisasi dengan mengetatkan pembukaan lahan baru karena beliau tidak ingin tambak dibuka tapi lahannya idle dan tidak produktif,” ungkapnya. Baca juga: KKP Pontianak Wilayah ketapang Berlakukan eHAC Mulai Hari Kamis Tinggal mengemukakan, strategi tersebut menempatkan ekologi sebagai panglima dalam pengembangan peningkatan produksi udang dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudidaya. Pemerintah menargetkan ekspor udang naik menjadi 250 persen dari semula 2 miliar dolar AS menjadi 5 miliar dolar AS pada 2024. Sementara itu, dari sisi produksi, ditargetkan produksi udang mencapai 2 juta ton pada 2024. Ada pun saat ini, KKP mencatat capaian produksi dan nilai budi daya udang sepanjang 2019-2021 hanya tumbuh tipis. Produksi udang pada 2019 mencapai 863 ribu ton senilai Rp53,3 triliun. Pada 2020, angkanya meningkat dengan produksi mencapai 881,6 ribu ton senilai Rp54,9 triliun dan pada 2021 produksi mencapai 884,9 ribu ton senilai Rp54,9 triliun. “Jadi memang ada kenaikan walaupun tidak signifikan. Ini juga masih jauh dari apa yang diinginkan Presiden di mana target produksi 2 juta ton dan nilai ekspor 5 miliar dolar AS,” katanya. (Ara/Aniq)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *