jurnalindo.com – Stok bahan pokok relatif aman menjelang bulan Ramadhan setelah dilakukan pemantauan di beberapa pasar tradisional di sejumlah daerah, ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa .
“Alhamdulillah, stok relatif aman meski ada beberapa kebutuhan pokok yang naik seperti cabai merah, cabai rawit dan bawang merah. Kenaikan diduga akibat faktor cuaca,” ujarnya usai memantau harga bahan pokok di Pasar Besar, Kota Pasuruan, Jumat.
Selain itu, untuk harga daging sapi pada dasarnya stabil dan suplai aman yang kisaran harga di Rp100 ribu hingga Rp120 ribu atau sesuai jenis serta kualitasnya.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut juga memantau harga tempe dan tahu, namun diketahui para pedagang lebih memilih menaikkan harga dengan dengan ukuran sama.
“Berbeda saat di Madiun, pedagang lebih memilih harga sama , ukurannya dikurangi. Namun untuk di Kediri dan Nganjuk memilih opsi seperti Kota Pasuruan, yakni ukuran sama harga dinaikkan untuk tahu dan tempe,” ucap Khofifah yang pada kesempatan itu didampingi Wakil Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo.
Sesuai hasil pengecekan di lapangan, ia menyampaikan harga daging sapi maupun ayam dalam kondisi stabil, tapi cabai merah, cabai rawit dan bawang merah mengalami kenaikan sekitar Rp2.000 hingga Rp5.000 per kilogram.
Sementara itu, Gubernur Khofifah menyampaikan konsumsi kedelai di Jatim untuk para pengusaha tempe dan tahu, sebesar 85 persennya masih impor.
Ia pun mengusulkan solusi “Food Estate” yang ada di Kalimantan Tengah untuk bisa dimanfaatkan sepanjang tahun sebagai upaya berkelanjutan.
Ini mengingat, kata dia, di Jatim dan beberapa daerah lain tanaman kedelai biasanya ditanam sebagai penyela.
“Misalnya dalam setahun dua kali tanam padi dan sekali tanam kedelai. Sehingga total produksinya tidak bisa memenuhi total kebutuhan perajin tahu tempe dalam negeri,” kata dia.
Selain itu, lanjut Khofifah, kedelai di Jatim sering ditanam selingan, seperti padi-padi-kedelai atau tidak seutuhnya sepanjang tahun menanam kedelai.
“Dengan memanfaatkan food estate diharapkan adanya substitusi impor dari proses penanaman selingan di Jatim agar tidak memilih langsung opsi dari luar negeri,” tuturnya.
Sebagai informasi, Food Estate merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, bahkan peternakan di suatu kawasan.
Food estate menjadi salah satu program strategis nasional tahun 2020 hingga 2024, yang luas lahannya meliputi intensifikasi lahan seluas 14.135 hektare dan ekstensifikasi lahan seluas 22.500 hektare.
“Kepada bupati/wali kota, diharapkan kenaikan beberapa bumbu dapur secara intensif memantau dan mengintervensi dengan kebijakan dan operasi pasar agar sesuai dengan daya beli masyarakat,” katanya.