jurnalindo.com – Tahun 2021 Jumlah produksi padi di Provinsi Jawa Tengah, mengalami peningkatan 1,36 persen dibandingkan produksi pada tahun 2020 meskipun pembangunan fisik dilakukan secara masif.
Edi Darmanto selaku Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan mengatakan “Pada 2021 produksi padi di Jateng mencapai 9,618,657 ton gabah kering giling (GKG) atau meningkat 1,36 persen dibanding 2020 yang tercatat 9,489,165 ton GKG,” di Semarang, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa untuk terus meningkatkan produksi beras, Pemprov Jateng memiliki program peningkatan indeks pertanaman sehingga luas panen di Jateng juga naik 1,79 persen dibanding 2020.
“Awalnya 1,67 juta hektare menjadi 1,70 juta hektare pada 2021,” ujarnya.
Adapun lima besar daerah di Provinsi Jateng yang menjadi penyumbang produksi padi terbanyak adalah Kabupaten Grobogan 800.945 ton, Kabupaten Sragen 743.074 ton, Kabupaten Cilacap 739.140 ton, Kabupaten Demak 656.823 ton, dan Kabupaten Pati 549.005 ton.
Dirinya mengakui jika luas lahan di Jateng saat ini berkurang, namun berbagai usaha intensifikasi dan ekstensi pertanian tetap dilakukan agar produksi padi di Jateng meningkat.
“Luas panen naik karena kita punya program peningkatan indeks pertanaman. Yang biasanya tanam dua kali menjadi tiga kali, yang biasanya tiga kali jadi empat kali. Tambah satuan luas, dengan provitas tertentu sehingga menambah produksinya,” katanya.
Menurut dia, ada beberapa langkah yang ditempuh untuk menggenjot produksi padi di Jateng yakni memanfaatkan benih unggul yang berproduktivitas tinggi, berumur pendek dengan rasa yang enak.
Kemudian, menggunakan teknologi mekanisasi pertanian secara konsisten seperti traktor, transplanter yang dapat mempercepat proses tanam padi dan pada saat panen menggunakan “combaine harvester”.
“Distanbun Jateng juga memberdayakan penyuluh pertanian dalam pendampingan teknologi budidaya dan pengamat organisme pengganggu tanaman untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit,” ujarnya.
Selain itu, Jateng juga mempunyai brigade olah tanah, dan brigade pengendalian hama serta penyakit yang tersebar di enam eks keresidenan yakni wilayah Semarang, Surakarta, Pati, Kedu, Banyumas, serta Pekalongan.
Upaya lain yang ditempuh melalui gerakan pompanisasi dan pemanfaatan “long storage” di beberapa daerah untuk mencukupi kebutuhan air saat musim kemarau, termasuk pembangunan waduk-waduk di Jateng juga menjadi faktor mengapa luas tanaman padi di Jateng tetap tinggi.
“Dengan luas tanam dan luas panen bertambah, produktivitasnya naik, menjadikan produksi padi di Jateng terus meningkat,” katanya.