Jurnalindo.com – Dalam mempertahankan tanah nenek moyang, petani yang di dominasi oleh emak-emak asal Desa Pundenrejo Kecamatan Tayu Kabupaten Pati rela kemah di halaman Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pati.
Aksi menginap yang dilakukan para petani ini, sudah tiga hari berjalan sejak Senin (10/2) sore hingga saat ini.
Sebelum menginap, warga pundenrejo menggelar aksi terlebih dahulu di depan kantor DPRD pati, pada Senin (10/2) Pagi.
Dengan menuntut agar PT.LPI tidak lagi beraktivitas di atas lahan seluas 7,3 Hektar ini. Dikarenakan sudah ada kesepakatan antara pihak PT tersebut dengan pj Bupati pada tanggal 20 september 2024 lalu.
Pendamping Hukum dari LBH Semarang, Abdul mengatakan, aksi menginap ini lantaran tuntutan warga atas tanah seluas 7,3 hektar yang digarap PT LPI tak kunjung dikembalikan kepada petani Pundenrejo.
“Tuntutan warga adalah untuk supaya BPN Pati bisa memfasilitasi untuk segera memberikan tanah kepada petani Pundenrejo dan juga menolak permohonan hak pakai yang diajukan oleh PT LPI di atas tanah garapan petani Pundenrejo,” kata Abdul.
Dia berharap, aksi kemah di halaman kantor BPN ini, akan memberikan jawaban atas tanah yang digarap PT LPI.
“Petani Pundenrejo memilih bertahan sampai dengan Kepala Kantah BPN Pati ini bisa merealisasikan tuntutan-tuntutan dari Petani Pundenrejo,” jelasnya.
Abdul menyampaikan, bahwa, pada Senin sore dan Selasa pagi, Kepala BPN Pati sempat menemui petani Pundenrejo. Menurutnya, pertemuan tersebut belum memberikan solusi atas lahan tanah yang dikuasai oleh PT LPI.
“Tadi pagi juga ditemui lagi oleh Kepala BPN Pati, Namun, jawabannya masih sama seperti kemarin apa yang dikatakan apa yang disampaikan oleh kepala BPN Pati masih sama seperti yang sebelumnya,” paparnya.
Sementara itu, Warga Desa Pundenrejo, Uut berharap agar tanah seluas 7,3 hektar yang dikuasai PT LPI segera dikembalikan. Sehingga kedepannya bisa dimanfaatkan oleh petani Pundenrejo untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
“Harapannya tanahnya kita balik lagi ke kita lagi. Yang kayak dulu pas digarap Mbah (nenek) turun temurun lagi kan, bisa buat ngasih anak makan,” terangnya.
Jurnal/Mas