jurnalindo.com – Sejalan dengan pemulihan ekonomi di kawasan, Pemerintah Indonesia terus berupaya memperkuat hubungan ekonomi bilateral dengan negara mitra di Eropa.
“Kami sekaligus mempromosikan hubungan yang lebih besar melalui forum bilateral, regional dan bahkan multilateral,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat (4/3).
Menko Airlangga menyampaikan terdapat beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari satu sama lain dalam mengejar kebangkitan ekonomi. Seperti kebanyakan negara di Eropa, Indonesia juga menerapkan kebijakan yang efektif untuk menghindari tekanan ekonomi, mendukung pemulihan ekonomi, dan menahan perluasan pandemi COVID.
Tanda-tanda positif pemulihan ekonomi pada tahun lalu yang ditandai dengan positifnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal 4 yaitu 5,02 persen dan keseluruhan 2021 adalah 3,69 persen (yoy). Sementara, pertumbuhan ekonomi di 2022 diperkirakan akan meningkat sekitar 5,0 persen hingga 5,5 persen.
Di bidang perdagangan, tahun lalu Indonesia berhasil meraih surplus perdagangan sebesar 35,3 miliar dolar AS, terutama dari komoditas unggulan siklus super. Indonesia juga telah berhasil mencapai 31,6 miliar dolar AS dalam Foreign Direct Investment (FDI), di mana sekitar 2,4 miliar dolar AS berasal dari negara-negara anggota Uni Eropa (UE), dan Purchasing’s Manager Index berhasil menyentuh angka 53,7 poin yang menunjukkan level ekspansif.
Selain itu, untuk mempercepat investasi, Indonesia merumuskan kembali Daftar Prioritas Investasi yang didukung dengan perizinan berusaha berbasis risiko melalui Online Single Submission (OSS), termasuk membentuk Indonesian Investment Authority (INA) untuk membiayai proyek infrastruktur.
“Kami berharap berlakunya CEPA Indonesia-EFTA tahun lalu dan berakhirnya negosiasi CEPA Indonesia-UE lebih awal akan semakin memperkuat hubungan perdagangan dan investasi kita,” ujarnya.
Indonesia pun sangat berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 29 persen melalui upaya sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional di 2030. Target Indonesia adalah mencapai Net Zero Emission maksimal pada 2060.
Terkait model kerangka ekonomi sirkular hijau dan biru, Indonesia saat ini sedang mengembangkan proyek infrastruktur menggunakan teknologi bersih terbarukan di sejumlah bidang seperti transportasi dan pembangkit listrik.
Airlangga menuturkan bahwa dalam perjalanan menuju pemulihan ekonomi global yang kuat, dialog inklusif dan tekad global yang berorientasi merespon secara terkoordinasi dalam mengatasi krisis saat ini dan masa depan harus selalu diutamakan.
“Kesimpulannya, kredensial ekonomi Indonesia menawarkan banyak peluang bisnis bagi perusahaan-perusahaan Eropa, sehingga saya mengundang pelaku bisnis Eropa untuk berinvestasi di Indonesia,” ucap dia.