Long-COVID-19 Lebih Beresiko Kepada Wanita Dengan IMT Tinggi

 

Jurnalindo.com – Jakarta, 05/12  – Wanita dengan indeks massa tubuh (BMI) tinggi memiliki risiko lebih tinggi terkena COVID-19 jangka panjang, menurut sebuah penelitian di jurnal PLOS Global Public Health.

Long COVID, juga dikenal sebagai sindrom pasca-COVID-19, adalah suatu kondisi di mana gejala bertahan selama lebih dari 12 minggu setelah diagnosis selama atau setelah infeksi COVID-19. Gejala dapat berkisar dari batuk, kelelahan, dan sesak napas hingga kabut otak, tinitus, dan nyeri dada.

Seperti yang disiarkan oleh Medical Daily, para peneliti belum lama ini mensurvei orang-orang di Norfolk, Inggris Timur, Inggris yang telah didiagnosis mengidap COVID-19 pada tahun 2020.

Sebanyak sekitar 1.487 orang mengikuti survei tersebut. Mereka diminta untuk menjawab pertanyaan tentang kondisi sebelum dan sesudah COVID-19 seperti sesak napas, kehilangan indera pengecap atau penciuman, dan penggunaan layanan kesehatan terkait COVID-19 jangka panjang.

“Kami ingin mengetahui faktor-faktor apa yang mungkin membuat orang lebih atau kurang rentan untuk mengembangkan COVID jangka panjang,” kata penulis studi Vassilios Vassiliou dari University of East Anglia’s (UEA) Norwich Medical School.

Baca Juga: Tiga hal ini Penyebab Covid 19 tak kunjung selesai

Dari seluruh peserta, 774 atau 52,1 persen memiliki pengalaman COVID-19 jangka panjang. Namun, lebih banyak wanita yang menderita gejala ini daripada pria.

Menurut para peneliti, laki-laki tampaknya lebih protektif terhadap gejala pasca-COVID-19 dibandingkan perempuan, dan indeks massa tubuh yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena COVID-19 jangka panjang.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, COVID-19 yang lama juga terlihat lebih sering pada beberapa pasien COVID-19 yang parah dan orang yang tidak divaksinasi COVID-19.

Baca Juga: Vaksinasi harus ditambah tanpa abaikan prokses untuk cegah Covid-19

Menurut para peneliti, temuan University of East Anglia benar-benar membantu organisasi kesehatan dan perawatan lokal mengidentifikasi pasien lokal yang berisiko tertular COVID-19 lama untuk membantu mereka dalam perjalanan pemulihan.(jurnalindo/salman)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *