Benarkah Stres Bisa Sebabkan Rambut Rontok? Cek Faktanya

Jurnalindo.com – Rambut rontok bisa jadi disebabkan oleh stres? Bener nggak, sih?

Mau tahu penjelasannya? Langsung aja, yuk simak informasi selengkapnya berikut ini.

Jenis Kebotakan yang Bisa Muncul Akibat Stres ada beberapa, yaitu sebagai berikut.

Baca Juga: Manfaat Lidah Buaya Untuk Kesehatan Rambut

1. Alopecia Areata

Salah satunya disebabkan oleh autoimun yang menyerang folikel rambut. Kebotakan yang muncul akibat penyakit ini umumnya menyerang kulit kepala, namun juga bisa terjadi pada area tubuh lain yang dipenuhi rambut.

2. Telogen Effluvium

Merupakan kondisi ketika rambut rontok secara berlebihan dan tiba-tiba. Dalam kondisi normal, rambut yang rontok akan tergantikan dengan pertumbuhan rambut baru, namun telogen effluvium menghambat proses tersebut. Hal ini biasanya akan diperparah jika seseorang mengalami stres, perubahan hormon, dan pengaruh obat-obatan

3. Trikotilomania

Merupakan kondisi ketika seseorang memiliki dorongan yang tidak tertahankan untuk mencabuti rambutnya sendiri. Kebiasaan ini bisa merusak rambut dan mengakibatkan kebotakan pada rambut.

Baca Juga: Inilah Manfaat Minyak Zaitun Atau Olive Oil Untuk Rambut

Jadi apakah stres bisa menyebabkan rambut rontok? Jawabannya adalah benar.

Rambut di kepala bisa rontok secara alami, hal ini sering terjadi karena adanya proses penuaan. Selain itu, stres psikososial yang terjadi saat kita merasa tertekan atau cemas karena lingkungan sosial juga bisa membuat rambut rontok hingga kebotakan.

Cara Mengatasi Rambut Rontok Akibat Stres

Makan Makanan Sehat

Diet ketat dan kekurangan gizi adalah penyebab rambut rontok. Maka penting untuk mengonsumsi makanan utuh dan menjaga pola makan bergizi seimbang.

Baca Juga: Inilah Cara Perawatan Rambut Keriting Agar Sehat dan Tidak Mengembang

Konsumsi Suplemen

Konsumsi suplemen yang mengandung ferritin, vitamin D, zinc, dan vitamin B12.

Kelola Stres

Lakukan beberapa teknik manajemen stres seperti yoga, meditasi, latihan pernapasan dalam, menulis jurnal, menghabiskan waktu di luar ruangan, dan konseling atau terapi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *