Akhir Bulan Februari 2024 Kasus DBD di Pati Melonjak, Satu Orang Dinyatakan Meninggal

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati mencatat pada akhir bulan Februari 2024 hingga sekarang kasus Demam Berdarah (DBD) mengalami lonjakan. Terhitung (Jurnalindo.com)
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati mencatat pada akhir bulan Februari 2024 hingga sekarang kasus Demam Berdarah (DBD) mengalami lonjakan. Terhitung (Jurnalindo.com)

Jurnalindo.com, – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati mencatat pada akhir bulan Februari 2024 hingga sekarang kasus Demam Berdarah (DBD) mengalami lonjakan. Terhitung jumlah pasien mencapai 92 Kasus satu diantaranya meninggal dunia.

Lonjakan tersebut dibenarkan langsung oleh Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pati Joko Leksono Widodo saat ditemui tim jurnalindo belum lama ini di kantor nya.

Pada kesempatan itu, Joko mengatakan bahwa kasus DBD yang paling banyak terdapat di Desa Ngepungrejo, Kecamatan Pati/Pati dengan angka 13 kasus dan satu meninggal dunia.

“Mungkin ini karena jumlah penduduknya, karena kepadatannya berpengaruh juga, sehingga kasusnya banyak,” terang Joko.

Dikatakan setiap tahun ketika memasuki musim hujan kasus DBD selalu mengalami kenaikan. Hal itu disebabkan banyak tempat digenangi air sehingga dijadikan sarang nyamuk.

“Berdasarkan data yang kami peroleh di tahun kemarin itu lonjakan ada di Desember dan Januari. Puncaknya di Januari,” terangnya.

Menurutnya, kenaikan kasus DBD tidak hanya terjadi di Kabupaten Pati. Bahkan di Jepara, katanya, di awal tahun ini kasus meninggal mencapai delapan orang. Meski demikian, katanya, saat ini kasus DBD mulai turun. Diperkirakan akan terus turun hingga bulan Agustus.

“Akan merosot terus sampai ke April. Menginjak di Mei kasusnya semakin turun, bahkan Agustus hampir tidak ada kasus,” ungkapnya.

Untuk mengatasi agar kasus tidak mengalami kenaikan lagi, pihaknya terus melakukan sosialisasi ke masyarakat terkait Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Dengan cara tersebut, kata Joko lebih efektif ketimbang fogging, karena bisa memberantas hingga telur nyamuknya. Sementara fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Selain itu, PSN dinilai lebih murah dan aman.

Hal itu senada dengan Kepala Dinkes Pati Aviani Tritanti Venusia. ia menjelaskan bahwa dalam memberantas nyamuk pihaknya lebih menekankan langkah antisipasi melalui PSN.

Pasalnya untuk melakukan fogging, pihaknya menjelaskan harus ditemukan terlebih dahulu minimal 1 penderita DBD lain dalam radius 100 meter dalam kurun waktu berturut-turut 3 minggu, serta angka bebas jentiknya kurang dari 95 persen. Atau jika ditemukan minimal 3 penderita tanpa sebab dalam radius 100 meter.

“Namun, sebelum fogging wajib dilaksanakan PSN,” jelasnya.

Dengan demikian, pihaknya selalu menekankan PSN, lantaran lebih gampang dan mudah dilakukan untuk memberantas nyamuk dari sarangnya. Selain PSN, aviani juga menyarankan untuk menabur Abate di lokasi yang sulit dilakukan pemberantasan.

“Fogging merupakan solusi terakhir dalam memberantas DBD. Syaratnya ketika PSN dan penaburan abate telah dilakukan,” tutup dia. (Juri/Jurnal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *