JurnalIndo.com – Qatar, 15/12 – Tetapi demikian, masyarakat Argentina memadati stadion loka pertandingan tim mereka, jua pada bar, tempat tinggal bahkan pada ‘fan zone’ yg berada pada Buenos Aires.
Sebagian besar berdasarkan para fans itu tidak sanggup membeli tiket ke Qatar lantaran gaji pada negaranya lebih kurang 66.500 peso, atau sekitar enam juta rupiah.
“Masyarakat paham betul masalahnya” tapi sepak bola dan situasi ekonomi “berada di jalur paralel, mereka tidak bertemu,” kata Lucrecia Presdiger (38), seorang tenaga medis rumah sakit kepada AFP setelah kemenangan Argentina pada laga perempatfinal melawan Belanda.
Baca Juga: Warga argentina lupakan krisis di negaranya, Usai Timnasnya masuk Di Final Piala Dunia 2022
“Banyak orang membutuhkan sukacita ini dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Tapi mereka tahu ini hanyalah sepak bola, mereka sangat paham dari masalahnya,” kata Presdiger, seraya menambahkan: “Anda tidak boleh menganggap mereka bodoh.”
Bagi desainer Tony Morpheze, kemenangan di Argentina akan membawa kelegaan, udara segar, dan kegembiraan, meski hanya untuk sementara.
Olmos membandingkannya dengan kemenangan pertama Argentina di Piala Dunia 1978, ketika Argentina diperintah oleh seorang diktator militer.
Baca Juga: Pendaftar volunteer Piala Dunia U-20 2023 membludak, dan Di tutup lebih awal
“Kami berada di bawah kediktatoran, dipersekusi, kami tidak tahu apa yang akan terjadi besok, tapi Argentina menjadi juara dan kami keluar untuk merayakannya di jalan-jalan,” ingat dia.
“Dan kemudian kami kembali ke realitas, yang tiada hentinya.”
