jurnalimdo.com, Publik saat ini dihebohkan dengan keputusan Lesti Kejora yang menentang apa yang telah dilakukannya. Namun, banyak juga yang mendukung pencabutan laporan kasus kekerasan dalam rumah tangganya oleh Lesti Kejora.
Beberapa orang memilih untuk tidak berkomentar. Pembatalan laporan Lesti Kejora itu akan menjadi pembatalan budaya, demikian diungkapkan pria yang akrab disapa Kak Anjas itu. Dalam video yang diunggah ke akun Instagram @insta_julid miliknya, Angas menjelaskan bahwa Leste Kigora mendapat banyak dukungan atas keputusannya melaporkan suaminya dalam kasus KDRT.
“Untuk Lesti, dengan sebegitu banyaknya orang yang mendukung dia selama ini, Lembaga Negara, Komnas Perempuan, artis-artis besar Indonesia juga mendukung dia,” katanya dalam potongan video yang diungga akun Instagram @insta_julid.
Ia melanjutkan, pembatalan laporan oleh Lesti Kejora akan berujung pada cancel culture.
“Kalau dia berbalik arah justru akan membuat cancel culture untuk si Lesti Kejora,” ujarnya.
Lalu, apa yang dimaksud dengan cancel culture? Bersumber dari alodokter.com Istilah cancel culture adalah budaya memboikot seseorang yang dianggap bermasalah secara massal, misalnya saat orang tersebut mengatakan atau melakukan sesuatu yang dianggap tidak pantas atau menyinggung. Praktik pemboikotan massal ini biasanya juga diikuti dengan pemberhentian dukungan kepada orang tersebut.
Fenomena cancel culture umumnya terjadi di media sosial. Siapa pun sebenarnya bisa menjadi korban cancel culture, namun fenomena ini biasanya dialami oleh tokoh masyarakat, seperti politisi, pejabat negara, tokoh agama, dan selebriti.
Sampai saat ini, banyak cancel culture yang berhasil memerangi hal-hal negatif, seperti seksisme dan rasisme, karena fenomena tersebut membutuhkan perubahan sosial. Selain itu, cancel culture juga memungkinkan seseorang untuk lebih memikirkan dampak dari segala sesuatu yang akan dilakukannya. (Slmn)
