jurnalindo.com – Pati – Center of Religion, Cultural, Socio-Political, Research Institute (Reins) sukses menggelar acara bedah buku “Tatsunami, Teodisi, Trauma Pasca Bencana: Perspektif Kiai Haji (KH) Maimoen Zubair” pada Selasa, 29 Maret 2022 di Ruang Sidang Paripurna DPRD Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Buku tersebut ditulis oleh tiga orang Dosen
Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAI Pati), yakni Fathimatuz Zahra, Anista Ika Surachman, dan Aqlisty Nia Chandra.
Penulis buku Aqlisty Nia Chandra mengatakan bahwa tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember tahun 2004 merupakan latar belakang dituliskannya kitab Tatsunami. Namun metode penanganan bencana yang tertuang dalam kitab Tatsunami dapat diaplikasikan pada berbagai macam bencana.
“Kami tertarik meneliti trauma pasca bencana yang sering menimpa korban-korban bencana alam, karena sejauh yang kami temui hanya dilakukan secara medis. Oleh karenanya kami memilih perspektif KH Maimoen yang menggunakan acuan teodisi dan agama, ” ucap Aqlisty Nia Chandra pada Selasa (29/3).
Fathimatuz Zahra menjelaskan, ketika seseorang mengalami bencana maka hal yang pertama ditanyakan adalah tentang keadilan Tuhan, “Mengapa hal ini terjadi?”
“Orang yang terkena bencana tidak akan bertanya tentang harta terlebih dahulu, tidak mungkin bertanya, “Hartaku ada dimana?” orang akan cenderung mempertanyakan mengapa hal ini terjadi kepada dirinya,” ujar Fatim.
Ia menyayangkan unsur agama yang tidak digunakan dalam kebijakan penanganan bencana. Menurutnya unsur agama sangat penting karena toh kenyataannya orang membutuhkan agama terlebih dahulu ketika mengalami situasi sulit pasca bencana.
Ia menambahkan, perlu adanya pendekatan untuk mengingat kepada Allah dengan berbagai upaya dan akan kami rumuskan ke dalam aplikasi.
Walaupun kitab Tatsunami karangan KH Maimoen merupakan kitab yang sangat tipis, namun sangat penting digunakan dalam pijakan penyusunan penanganan trauma pasca bencana. Basis teodisi dalam penanganan trauma pasca bencana, sangat penting digunakan.
Hal inilah yang menjadi penguat dalam proses pemulihan trauma pasca bencana. Sebab ketika seseorang dalam kondisi bencana pasti akan selalu mengingat ke-Mahakuasaan Tuhan.
Pembedah Buku Sri Naharin menyampaikan bahwa di dalam buku Tatsunami membahas tentang sistematika penanganan trauma pasca bencana yang beorientasi pada aksi
dan problem solving.
Buku ini juga menggeser paradigma dalam menyikapi bencana yang semula dianggap sebagai adzab beralih menjadi humanity.
“Sikap reaktif terhadap bencana menjadi sikap humanity. Sikap Resiliensi atau kemampuan mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian berat yang menimpa ini sangat penting untuk dikembangkan individu agar dapat bangkit dari trauma,” ujar Sri Naharin.(rno)