Jurnalindo.com, – Calon gubernur Jakarta, Pramono Anung, mengungkapkan komitmennya untuk menyiapkan program sarapan gratis bagi warga jika terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Pernyataan tersebut disampaikan dalam kegiatan kampanyenya di Cengkareng, Jakarta Barat, pada Jumat (25/10/2024), dan menarik perhatian publik mengingat program makan siang gratis yang sebelumnya diusung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Meskipun program sarapan gratis untuk pelajar tidak tercantum dalam poin kerja resmi Pramono dan pasangannya, Rano Karno, yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Pramono menegaskan bahwa ide tersebut sebenarnya sudah menjadi bagian dari visi misi mereka, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit. “Oh, bukan enggak ada, sebenarnya ada, tapi memang di awal, di situ tidak disebutkan secara spesifik muncul kata-kata sarapan gratis,” jelasnya.
Saat ditanya mengapa program ini baru disampaikan sebulan setelah masa kampanye dimulai, Pramono menjawab bahwa ini adalah bagian dari strateginya untuk menghadapi debat mendatang. Debat kedua Pilkada Jakarta dijadwalkan berlangsung di Ecovention Ancol, Jakarta Utara, pada 27 Oktober 2024, dengan tema “Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.” Menurut Pramono, pengumuman program sarapan gratis lebih mendekati debat dapat membantu relevansi topik yang diangkat.
Lebih lanjut, Pramono menyatakan bahwa jika terpilih menjadi gubernur, ia berkomitmen untuk menyelaraskan programnya dengan semangat pemerintahan pusat yang dipimpin oleh Prabowo dan Gibran. Ia meyakini bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jakarta yang mencapai lebih dari Rp 85 triliun cukup untuk mendukung implementasi program ini tanpa membebani keuangan daerah.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak, berpendapat bahwa langkah Pramono untuk mengusulkan program sarapan gratis menunjukkan strategi populis yang meniru keberhasilan program makan siang gratis di tingkat nasional. “Mungkin program populistik Pak Pram ini merupakan manuver menghadapi kompetisi yang makin sengit,” katanya.
Namun, Zaki menekankan pentingnya melakukan riset untuk memahami karakteristik sosial dan ekonomi siswa di Jakarta, yang bisa berbeda dengan daerah lain. Meskipun anggaran cukup untuk mendanai program ini, ia menekankan agar dana dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih mendesak.
Secara keseluruhan, inisiatif Pramono untuk program sarapan gratis berpotensi memberikan keuntungan politik, tetapi pelaksanaannya harus dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Debat mendatang akan menjadi momen penting bagi Pramono untuk meyakinkan publik bahwa komitmennya bukan sekadar retorika, tetapi langkah konkret untuk kesejahteraan warga Jakarta. (Kompas.com/Nada)