Jurnalindo.com, – Kabar duka menyelimuti Indonesia dengan berpulangnya Wakil Presiden ke-9, Dr. H. Hamzah Haz, pada Rabu pagi, 24 Juli 2024. Sosok negarawan yang dikenal santun dan karismatik ini meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang, termasuk Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.
Megawati dan Hamzah Haz pernah berduet memimpin pemerintahan Indonesia pada periode 2001-2004. Bersama-sama, mereka menavigasi Indonesia melalui masa-masa awal reformasi, dengan Megawati sebagai Presiden dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden. Kehilangan Hamzah Haz menambah daftar panjang para negarawan sezaman yang telah meninggalkan Megawati, setelah sebelumnya Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Baharudin Jusuf Habibie.
Kepergian tiga sosok tersebut memunculkan pertanyaan: mampukah Megawati memandu republik ini dengan contoh-contoh kenegarawanan seorang diri? Pertanyaan ini mengemuka dari seorang sahabat yang melihat Megawati sebagai sosok negarawan yang masih berdiri teguh di tengah tantangan zaman.
Megawati Soekarnoputri, meskipun bukan satu-satunya negarawan yang tersisa, dianggap sebagai sosok yang layak diposisikan sebagai negarawan tertinggi dalam piramida kepemimpinan nasional. Karakter dan integritasnya sebagai seorang pemimpin telah tercatat dengan baik dalam sejarah Indonesia. Ada beberapa contoh penting yang menunjukkan komitmen Megawati dalam membangun peradaban demokrasi secara konsisten.
Pertama, Megawati selalu mendahulukan kepentingan kolektif bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Hal ini terlihat dari kepemimpinannya saat berduet dengan Hamzah Haz, di mana mereka fokus pada kepentingan besar bangsa, seperti mengurangi ketergantungan pada pihak asing (IMF) dan mengembalikan harmonisme nasional setelah bertahun-tahun dirundung konflik.
Contoh lainnya adalah sikap Megawati dalam Pemilu 2004. Sebagai Presiden, Megawati bisa saja memanfaatkan seluruh instrumen pemerintahan untuk memuluskan kemenangannya. Namun, ia memilih tidak melakukan itu, menunjukkan bahwa kekuasaan baginya adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
Dalam pemilihan presiden 2024, Megawati mempromosikan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD tanpa melibatkan keluarganya, meskipun ia memiliki kesempatan untuk melakukannya. Keputusan ini menunjukkan bahwa Megawati menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau keluarga.
Megawati, dalam pandangan banyak pihak, adalah manifestasi dari kepemimpinan yang berlandaskan moralitas dan integritas. Dia telah menempuh jalan terjal yang hanya bisa dilalui oleh para negarawan sejati, mengutamakan prinsip dan nilai di atas segalanya.
Meskipun kehilangan rekan-rekan sezaman bisa menimbulkan kesunyian batin, Megawati tampaknya semakin mantap dalam memegang prinsip dan tanggung jawabnya sebagai negarawan. Ia menjadi pewaris nilai dan tanggung jawab dari generasi negarawan sebelumnya, yang jujur dan apa adanya, dan menjadi contoh bagi pemimpin nasional masa depan.
Megawati menyaksikan bagaimana beberapa pemimpin saat ini cenderung menggunakan perangkat negara untuk melanggengkan kekuasaan, sesuatu yang ia tolak dengan tegas. Bagi Megawati, keberhasilan atau kegagalan bukanlah ukuran utama, melainkan kesungguhan niat untuk setia pada nilai-nilai yang benar bagi bangsa.
Kepergian Gus Dur, Habibie, dan Hamzah Haz mungkin menambah beban, tetapi tidak akan melemahkan semangat dan tekad Megawati untuk terus berjuang sebagai negarawan sejati. Ia tetap berkomitmen untuk mencetak negarawan-negarawan baru bagi Indonesia, menjadi guru demokrasi yang baik bagi generasi mendatang.
Semoga Megawati Soekarnoputri selalu diberikan kesehatan dan kekuatan untuk terus menginspirasi bangsa ini dengan keteladanan dan kebijaksanaannya. (Replublika/Nada)