Jokowi Tidak Lagi Jadi Bagian PDI-P, Golkar dan PAN Siap Menyambutnya

Sumber foto ; Tribunkaltara
Sumber foto ; Tribunkaltara

Jurnalindo.com, – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengumumkan bahwa Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) beserta keluarganya, termasuk Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, sudah tidak lagi menjadi bagian dari partai berlambang banteng moncong putih itu. Pernyataan ini disampaikan oleh Sekjen DPP PDI-P, Hasto Kristiyanto, pada Rabu (4/12/2024), yang menegaskan bahwa Jokowi dan keluarganya sudah tidak sejalan dengan partai sejak Gibran maju sebagai calon Wakil Presiden dalam Pilpres 2024 berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

“Saya tegaskan kembali, Bapak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi jadi bagian dari PDI-P,” ujar Hasto Kristiyanto di Kantor Sekolah Partai PDI-P di Lenteng Agung, Jakarta. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ketua DPP PDI-P Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun, yang dengan tegas menyatakan bahwa Jokowi sudah bukan lagi bagian dari “Banteng”.

Namun, meskipun PDI-P memutuskan untuk tidak lagi mengakui Jokowi sebagai bagian dari partainya, langkah politik mantan Wali Kota Solo tersebut masih menjadi perbincangan publik. Jokowi, yang kini tidak lagi terikat dengan PDI-P, merespons dengan santai. “Ya berarti partai perorangan,” kata Jokowi dengan tersenyum saat ditemui wartawan di rumah pribadinya di Solo, Jawa Tengah.

Golkar dan PAN Terbuka Menerima Jokowi

Menanggapi pernyataan PDI-P, sejumlah partai politik menyatakan kesiapan mereka untuk menerima Jokowi jika memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Sekjen DPP Partai Golkar, Muhammad Sarmuji, mengatakan bahwa Partai Golkar akan menyambut Jokowi dengan tangan terbuka jika mantan Wali Kota Solo itu memilih untuk bergabung dengan Golkar.

“Pak Jokowi adalah orang yang merdeka, bebas, beliau bebas menentukan pilihan,” kata Sarmuji di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, pada Jumat (6/12/2024). Sarmuji meyakini bahwa Jokowi pasti akan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum membuat keputusan politiknya. Namun, jika Golkar menjadi pilihan Jokowi, partai ini akan menyambutnya dengan sangat baik. “Bahwa kemudian Pak Jokowi setelah menimbang lalu merenung kemudian menentukan pilihan ke Partai Golkar misalkan, tentu kami akan menerima dengan tangan terbuka,” ujar Sarmuji.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham, juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, Golkar adalah partai yang inklusif dan terbuka untuk siapa saja yang memiliki niat untuk bergabung dan berkontribusi untuk membesarkan partai. “Partai Golkar ini partai rakyat, bukan milik keluarga dan tidak ada pemegang saham terbesar,” kata Idrus.

Sementara itu, Partai Amanat Nasional (PAN) juga siap menerima Jokowi. Sekjen PAN, Eko Patrio, menyatakan bahwa partainya sangat terbuka jika Jokowi ingin bergabung. “Pokoknya gini, Pak Jokowi 1.000 persen kalau mau masuk PAN diterima. Welcome, ada karpet biru buat Bapak Jokowi, silakan,” ujar Eko. PAN, menurut Eko, juga siap menerima keluarga Jokowi yang ingin bergabung.

Gerindra Belum Membahas Kemungkinan Jokowi Bergabung

Sementara itu, meskipun Golkar dan PAN sudah menyatakan kesiapan mereka, Partai Gerindra belum membahas kemungkinan Jokowi bergabung. Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, mengatakan bahwa hal tersebut belum pernah dibicarakan dalam partai. “Saya enggak bisa jawab karena hal ini belum pernah dibahas di dalam partai,” ujar Dasco. Meski begitu, Dasco mengonfirmasi bahwa menantu Jokowi, Bobby Nasution, sudah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Gerindra sejak mendaftar di Pilgub Sumatera Utara.

Keputusan Jokowi di Masa Depan

Sementara langkah politik Jokowi setelah tidak lagi menjadi bagian dari PDI-P masih belum jelas, sejumlah partai politik seperti Golkar dan PAN siap memberikan ruang bagi mantan Presiden tersebut untuk menentukan arah politiknya. Jokowi, yang selama ini dikenal sebagai politisi yang bebas dari tekanan, diyakini akan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum memutuskan untuk bergabung dengan salah satu partai.

Dengan semakin terbukanya peluang bagi Jokowi untuk bergabung dengan partai lain, dinamika politik Indonesia semakin menarik untuk diikuti, terutama menjelang Pemilu 2024. (Tribunkaltara/Nada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *