Hasil Quick Count Prabowo-Gibran Mengubah Peta Politik Indonesia

Hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2024 yang menunjukkan keunggulan pasangan Prabowo-Gibran telah mengubah dinamika politik Indonesia. Dua king maker, (Sumber foto : Kompas)
Hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2024 yang menunjukkan keunggulan pasangan Prabowo-Gibran telah mengubah dinamika politik Indonesia. Dua king maker, (Sumber foto : Kompas)

Jurnalindo.com,– Hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2024 yang menunjukkan keunggulan pasangan Prabowo-Gibran telah mengubah dinamika politik Indonesia. Dua king maker, Megawati Soekarnoputri dan Surya Paloh, dinilai akan berseberangan ke depannya, menandai pergeseran kuasa di level politik nasional.

Hingga saat ini, sejumlah lembaga survei telah merampungkan hitung cepat, termasuk Poltracking Indonesia dan Populi Center, yang menghasilkan data yang hampir serupa. Prabowo-Gibran unggul dengan suara sekitar 58 persen, sementara pasangan Anies-Muhaimin mendapat sekitar 25 persen suara dan Ganjar-Mahfud sekitar 16 persen.

Meskipun kubu yang kalah menyikapi hasil tersebut dengan meminta masyarakat menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), Prabowo tidak bersikap jumawa. Ia juga menunggu hasil resmi dari KPU sebelum menyampaikan pernyataan lebih lanjut.

Namun, bagi kedua kubu yang kalah, yakni pasangan 01 dan 03, sikap harus segera diambil. Prabowo sendiri sudah menawarkan secara terbuka bahwa ia akan mengajak seluruh pihak, termasuk lawannya, untuk berada di sisinya dan meneruskan pemerintahan Jokowi.

Pertemuan antara Surya Paloh dan Megawati Soekarnoputri, dua figur penting dalam politik Indonesia, akan menjadi sorotan. Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing, menyatakan bahwa pertemuan kedua king maker tersebut akan membahas kondisi politik terkini.

Emrus melihat bahwa langkah keduanya akan berbeda dalam menyikapi pemerintahan pasca-Pilpres 2024. NasDem, yang sebelumnya nyaman berada di dalam kabinet yang dipimpin oleh Jokowi, kini akan berada dalam situasi yang berbeda dengan pasangan Prabowo-Gibran.

Di sisi lain, PDIP memiliki sejarah panjang sebagai partai oposisi. Emrus menyoroti bahwa PDIP selalu siap menjadi oposisi saat tidak berada di kekuasaan. Meskipun NasDem telah terbiasa dengan posisi di kekuasaan, PDIP, di bawah kepemimpinan Megawati, memiliki DNA politik yang kuat sebagai partai oposisi.

Emrus juga mengingatkan tentang peran PDIP sebagai partai oposisi selama masa Orde Baru dan Reformasi, menunjukkan bahwa partai ini memiliki konsistensi dalam menjalankan peran politiknya.

Dengan hasil quick count yang menguntungkan pasangan Prabowo-Gibran, pergeseran kuasa politik di Indonesia tampaknya akan menghadirkan dinamika baru dalam arah dan kebijakan politik nasional. (Setia/Nada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *