Aji Yusman Ungkap Kejelekan dari Salah Satu Asuransi Besar di Indonesia, Tidak Cair Tuh

Jurnalindo.com  – Aji Yusman angkat bicara dan membeberkan kebusukan perusahaan asuransi besar di Indonesia.

Seperti diketahui, Aji Yusman saat ini sedang kesulitan keuangan untuk membiayai kesehatan keluarganya.

Hingga akhirnya banyak yang menyarankan agar Aji Yusman menggunakan jasa BPJS atau asuransi.

Baca Juga: Kabar Duka, Tina Toon Bersedih Sang Nenek Meninggal Dunia

Lantas apa sebenarnya alasan Aji Yusman bersikeras tidak menggunakan BPJS dan asuransi?

Menjawab hal tersebut, Aji langsung menjelaskan alasannya kepada Denny Sumargo.

Menurut cerita Aji, ia mengalami tiga kecelakaan traumatis yang akhirnya membuatnya menolak menggunakan BPJS dan asuransi.

Alasan Aji tidak menggunakan BPJS karena memiliki pengalaman tidak menyenangkan saat mengantar kakeknya untuk operasi katarak di rumah sakit.

Selain itu, ia juga mendapat cerita bahwa istri temannya kesulitan mendapatkan kamar saat akan melahirkan karena statusnya sebagai pasien BPJS.

Namun, ketika istri temannya memutuskan untuk membayar sendiri, dia langsung melayani rumah sakit dan menyediakan ruang bersalin.

Lalu, bagaimana dengan asuransi?

Semuanya berawal ketika ibu tercintanya meninggal pada tahun 2010.

“Sebelum ibu saya meninggal tahun 2010, dia punya asuransi, dia terkenal, namanya oke, dan dia luar biasa,” dari saluran YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, yang diunggah pada Selasa, 17 Januari. 2023.

Saat itu, Aji didaulat menjadi pewaris asuransi ibunya.

Anehnya, saat Aji mengklaim haknya sebagai nasabah, pihak asuransi tidak mencairkan preminya kepada sang ibu.

“Sifatnya ahli waris, nggak cair tuh,” bebernya.

Aji kemudian menceritakan kronologi kejadian saat sang ibu sedang membutuhkan biaya besar untuk berobat.

“Pada saat nyokap butuh dana yang sangat besar untuk pembayaran cicilan rumah sakit dan sebagainya, lewat (tidak bayar premi),” terangnya.

Herannya, pihak asuransi justru sama sekali tidak ada itikad untuk menghubungi Aji sebagai ahli waris.

“Tapi tidak ada pemberitahun pihak insurance, lewat SMS kek, datang ke rumah,” katanya.

Setahun kemudian setelah sang ibu tiada, Aji baru mengetahui jika sang ibu memiliki asuransi.

Berbekal berbagai berkas asuransi sang ibu, Aji berusaha untuk mengurus apa yang telah menjadi haknya.

“Gua lupa nyokap ada surat itu, dan gua menemukan setahun kemudian setelah nyokap meninggal,” ujarnya.

Ditemani salah satu agen asuransi lain, Aji berusaha menghubungi pihak terkait.

“Gua tanyain dibantu sales insurance lain, sampai akhirnya ketemulah sama pimpinan di cabang tersebut,” katanya.

Mengejutkan, rupanya pihak asuransi mengatakan bahwa uang yang menjadi hak Aji seharusnya cair.

“De ini sebenernya kamu cair lho, karena gua bawa historicalnya segini bro (menunjukkan tangan setumpuk berkas),” ungkapnya.

“Cuman saya nggak tahu kenapa nggak cair, posisi saya siapa di sini, saya nggak bisa memperjuangkan,” sambung Aji menirukan apa yang disampaikan pihak asuransi tersebut.

Aji cuman bisa pasrah dan menganggap bahwa itu bukanlah rezekinya.

“Akhirnya gua bilang, ya udah mungkin ini bukan rezeki gue,” katanya pasrah.

Mendengar penjelasan Aji, Denny Sumargo penasaran kenapa tidak coba digugat saja pihak asuransi tersebut.

“Nggak tuntut ininya (asuransi)?” tanya Denny.

“Udahlah kalau itu bukan rezeki,” jawab Aji singkat.

“Lu pasti mikir habis duit lagi ya kalau nuntut?” tebak Denny.

“Itu juga, gua udah capek. Gua nggak sehari dua hari ngurus, berminggu-minggu,” jelasnya.

Aji juga mengaku capek karena usaha untuk memperjuangkan haknya seperti tidak membuahkan hasil.

“Berarti itu alasan lu nggak bisa trust sama insurance dan BPJS,” pungkas Denny Sumargo.

(slmn/kilat.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *