Sikap Bijak Mengenai Berita Viral, Toa Masjid Yang Disamakan Suara Anjing

jurnalindo.com – Beberapa hari belakangan ini, Kita banyak mengikuti berita yang tengah viral yakni komentar Menteri Agama Gus Yaqut Kholil Qoumas atau Gus Yaqut mengenai penggunaan pengeras suara pada masjid atau musolla.

Sebenarnya jika ditelusuri, fenomena yang serupa sudah terjadi beberapa tahun belakang di sejumlah Negara. Namun, tidak sampai seviral ini di Negara Kita. Namun dengan adanya komentar yang diucapkan Menag Yaqut , banyak masyarakat yang menganggap hal itu wajar dan ada pula yang melebih-lebihkan.

Sebagai kalangan penikmat sosmed, tentu tidak realistis rasanya jika Kita terlalu menggebu-nggebu dalam bersikap. Sehingga apa yang kita putuskan tidak sejalan dengan pedomen dalam bersosmed.

Perlu Kita ketahui bahwa beberapa sikap bijak bersosmed dapat mempengaruhi pola pikir serta tindakan yang nantinya akan dipertanggung jawabkan.

Kembali ke perkara toa Masjid, Menag dalam video yang ramai beredar memberikan komentar seakan-akan membandingkan suara adzan dengan suara anjing. Status Beliau yang merupakan Menteri Agama memicu komentar berbagai pihak.

Banyak yang mencaci, namun juga tidak sedikit yang membela. Dari sekian banyak hal, mengapa harus suara anjing. Bagi yang mengerti benar maksud Gus Yaqut akan paham dan santai karna mereka sudah paham inti dari perkataanya.

Namun bagi yang kontra terhadap Beliau, tentu hal ini menjadi angin segar untuk dijadikan alasan mencaci, memfitnah bahkan mengeluarkan kata-kata kasar.

Perihal ini, tahukah Anda jika fenomena pengaturan pengeras suara atau toa dalam masjid dan musolla telah dahulu dilalui oleh berbagai Negara, Mesir salah satunya.

Syekh Mutawalli al-Sya’rawi, Mesir pernah ditanya perihal toa masjid yang memekakkan telinga. Beliau menambahkan, “Haadza ghawghaa`iyyatut tadayyun’! (Ini sikap beragama yang kacau dan meresahkan!”
“Toa menjadi petaka terbesar umat di era modern” tambahnya

Tidak ada yang berani menghujat Syekh Sya’rawi seperti dialami Gus Yaqut (Menag Yaqut Cholil Qoumas-red) saat ini. Siapa yang tidak kenal beliau di Mesir. Salah seorang ulama terkemuka di Mesir abad ke-20.

Dari komentar Syekh Sya’rawi ini, Kita mendapatkan pandangan jika berapa banyak Masjid serta musalla yang ada disekitar kita saat mengumandangkan adzan saling bersaut-sautan akan membuat yang mendengar bingung menjawabnya. Lebih lagi, ada orang-orang tua yang sulit tidur lalu baru tidur sejenak sudah terbangun mendengar toa masjid yang berbunyi begitu kerasnya, ibu-ibu yang baru berhasil menidurkan bayinya setelah berjam-jama lalu bayinya terbangun kembali, serta orang sakit yang sedang istirahat namun terbangun karna kaget.

Bukankah Habib Umar Bin Hafidz, Tareem Yaman juga pernah perkata kurang lebih bahwa ” ibadah yang paling baik setelah ibadah wajib adalah membuat senang sesama” maka tidak perlu terlalu bersikap berlebihan terhadap komentar Gus Yaqut ini. Ada hal-hal yang musti dijaga saat berada ditengah masyarakat dengan keragaman Agama, latar belakang serta kebutuhanya.

Beribadah adalah urusan pribadimu dengan Allah, Selirih apapun Kita berdoa, Allah adalaj Dzat yang maha mendengar. Tidak perlu bersuara keras, Allah tentu Sudah tahu.

Terlebih lagi Kita tidak pernah tahu ibadah yang mana yang diterima, siapa tahu dengan niat kecil untuk tidak mengganggu serta memberatkan urusab orang lain menjadi sebab turunya Rahmat serta MagfirohNya? Kita tidak pernah tahu bukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *