Hasil Pemilu Turki, Akankah Ini Jadi Keruntuhan Kekuasaan Presiden Erdogan

JurnalIndo.com – Jakarta, 15/05 – pemilu Turki digelar pada Minggu (14 Mei 2023) waktu setempat. Baik Presiden saat ini Recep Tayyip Erdogan dan saingannya Kemal Kilicdaroglu dikatakan bersaing ketat.

Bahkan hasil pemilihan utama Turki menunjukkan akan ada putaran kedua untuk pemilihan Presiden, karena tidak ada yang melewati ambang batas 50 persen untuk menang. Namun kedua partai Erdogan dan Kilicdaroglu berada di atas angin.

Mengutip CNBC International, awalnya dilaporkan bahwa Erdogan memimpin penghitungan suara yang sangat signifikan. Namun, seiring berjalannya hitungan, manfaatnya berkurang.

Baca Juga: Khusnul Fiqhan Siap Bertarung dalam Pileg 2024 Gresik 

Menurut kantor berita milik negara Anadolu, dengan hampir 91% kotak suara dihitung, Erdogan memimpin dengan 49,86% dan Kilicdaroglu dengan 44,38%. Tapi oposisi menyebut Kilicdaroglu unggul dengan 47,42%, sementara Erdogan memiliki 46,48%.

“Kedua belah pihak mengklaim berada di depan,” tulis Reuters, dikutip Senin (15/5/2023).

“Memperingatkan terhadap kesimpulan prematur di negara yang sangat terpolarisasi,” tambah media itu.

Untuk pihak oposisi, hasil perhitungan diterbitkan dalam urutan yang “secara artifisial” meningkatkan hasil Erdoğan.

Baca Juga: Polemik RUU Kesehatan, GPK bela Petani Jangan Samakan Tembakau dengan Narkotika

Alasannya adalah kubu Kilicdaroglu meraih kemenangan di atas batas 50 persen dalam dua jajak pendapat sebelumnya.

Kubu Erdogan sendiri dilaporkan menentang pemungutan suara, menunda hasil penuh. “Saat ini mereka melakukan segalanya untuk menunda proses tersebut,” kata pihak oposisi.

Pemungutan suara hari Minggu adalah salah satu yang paling penting dalam 100 tahun sejarah negara itu. Persaingan itu bisa mengakhiri kekuasaan Erdogan selama 20 tahun.

Pemilihan presiden tidak hanya akan memutuskan siapa yang akan memimpin 85 juta Turki dari NATO. Tetapi juga arah ekonomi di tengah krisis biaya hidup yang dalam dan pembentukan kebijakan luar negerinya.

Bahkan, di bawah tangan Erdogan, Turki menjadi anggota NATO dan negara terbesar kedua di Eropa, dengan peran penting sebagai pemain global.

Ia memodernisasi negaranya dengan mega proyek seperti jembatan baru, rumah sakit dan bandara serta membangun industri militer yang diminati di luar negeri.

Di sisi lain, ekonomi Turki mengalami kekacauan akibat intervensi Erdogan untuk mempertahankan suku bunga rendah meskipun inflasi tinggi dan lira jatuh paling tajam terhadap dolar AS. Turki mencatat tingkat inflasi sebesar 50,51 persen pada April 2023.

Belum lagi respons pemerintah Erdogan terhadap gempa dahsyat di tenggara Turki pada awal 2023 yang menewaskan 50.000 orang dinilai lamban. Hal ini menambah kekecewaan para pemilih.

Erdogan adalah salah satu sekutu terpenting Presiden Vladimir Putin secara internasional. Kekalahan itu dapat mempermalukan Kremlin karena hal itu menghibur pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan banyak pemimpin Eropa dan Timur Tengah yang memiliki hubungan yang tegang dengan Erdogan. 

“Insya Allah, Turki akan menjadi pemimpin dunia,” kata pendukung Erdogan Mehmet Akif Kahraman.

“Saya melihat pemilihan ini sebagai pilihan antara demokrasi dan kediktatoran,” kata Ahmet Kalkan, 64, pemilih oposisi, menyerukan ketakutan akan kritik yang disebutnya melanda rezim Erdogan.

“Saya memilih demokrasi dan saya berharap negara saya memilih,” tambah Kalkan, seorang pensiunan pekerja sektor kesehatan.

Putaran kedua akan dilakukan 28 Mei. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *