Oase  

Berikut Niat Sholat Tarawih Sendiri, Sebagai Imam, dan Makmum Ketika Ramadhan Beserta Doanya

Jurnalindo.com, Jakarta – Tinggal beberapa hari lagi menuju bulan suci Ramadhan. Dan salah satu sholat sunnah yang dilakukan hanya di bulan Ramadhan adalah Tarawih. Sholat ini dilakukan setelah sholat isya’ berjamaah.

Dasar dari sholat Tarawih dalam hadits Nabi :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)

Artinya,”Barang siapa melakukan salat (tarawih) pada Ramadhan dengan iman dan ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘Alaih).

Baca Juga: Berikut Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh, Lengkap Arab, Latin dan Artinya, Ringkas Banget

Berdasarkan hadits, mayoritas ulama sepakat bahwa sholat Tarawih adalah sunnah.

Membaca niat merupakan salah satu rukun sholat tarawih. Pembacaan niat imam, makmum, atau saat sholat sendiri berbeda-beda.

Dilansir dari liputan6.com, berikut bacaan niat sholat Tarawih, baik untuk imam, makmum, maupun untuk sholat sendiri:

1. Lafal niat shalat tarawih sebagai imam.

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى

Artinya,”Aku menyengaja sembahyang sunah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT.”

2. Lafal Niat Salat Tarawih sebagai Makmum.

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Artinya,”Aku menyengaja sembahyang sunah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”

3. Lafal niat shalat tarawih secara infirad atau sendiri

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

Artinya,”Aku menyengaja sembahyang sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”

Bacaan doa setelah sholat Tarawih

Membaca doa setelah sholat Tarawih disebut shalat dua rangkap. Bacaan doa ini mengandung harapan akan kesempurnaan iman bagi umat Islam.

Kementerian Agama RI melalui situs resminya menyatakan bagi yang telah berinteraksi baik dengan Ramadhan, dalam membaca doa setelah sholat Tarawih pendek atau doa kamilin diberi gelar Assu’adaa almaqbuliin .

“Assu’adaa almaqbuliin yaitu mereka yang mendapat kebahagiaan karena amalan-amalan Ramadhan mereka diterima di sisi tuhan-Nya, Allah SWT,” dijelaskan.

Bagaimana bacaan doa setelah sholat tarawih pendek atau doa kamilin tersebut?

Baca Juga: Niat Mandi yang Di Sunnahkan Pada Malam-Malam Bulan Ramadhan

Berikut adalah lafal, latin, arti doa kamilin yang dilansir dari nu.or.id dalam tulisan berjudul Doa Kamilin, Dibaca Sesudah Shalat Tarawih:

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْن، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Allâhummaj‘alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ‘ilîn. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu‘ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na‘mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta liwâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa alal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa minan nâri nâjîn. Wa ‘alâ sariirl karâmati qâ’idîn. Wa bi hûrun ‘in mutazawwijîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha‘âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka‘sin min ma‘în. Ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj‘alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su‘adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj‘alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma‘în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

Artinya, “Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara sholat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (Lihat Sayyid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta).

Niat sholat witir dan keutamaannya

Setelah melaksanakan shalat Tarawih, belum lengkap rasanya jika tidak ditutup dengan shalat witir. Shalat witir merupakan ibadah yang melengkapi shalat malam.

Dan ini ada dalam hadits Ibnu Umar:

“Jadikanlah akhir salat kalian di malam hari dengan sholat witir.”

Ada beberapa syarat dan rukun yang harus dipenuhi ketika melaksanakan shalat witir. Diawali dengan pembukaan takbir dan diakhiri dengan salam, membaca Al-Fatihah, rukuk, berdiri tegak, sujud, dan lain-lain.

Namun dalam praktiknya, shalat witir dapat dilakukan dengan dua cara jika jumlah rakaat yang dilakukan melebihi satu. Kedua cara tersebut adalah:

– Boleh menyambung (washal) yang menggabungkan sesi terakhir dan sesi sebelumnya. Contoh: Melakukan shalat Witir sebelas putaran, dengan pembukaan takbir dan salam satu kali.
– Ini dapat dilakukan secara terpisah (fashal), yaitu memisahkan sesi sebelumnya dari sesi berikutnya. Misalnya: melaksanakan shalat witir sebanyak 10 rakaat dengan satu salam kemudian ditambah satu rakaat dengan satu salam, atau dapat juga dilakukan dengan satu salam setiap dua rakaat. Metode kedua lebih penting daripada yang pertama. (Habib Zain bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, 2003, h. 287).

Adapun niat sholat witir, yaitu:

أُصَلِّيْ سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatan minal witri rak’atan lillahi ta’âlâ

Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah ta’ala.”

أُصَلِّيْ سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatan minal witri rak’ataini lillahi ta’âlâ

Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Lafal niat yang pertama diucapkan ketika hendak melakukan sholat witir satu rakaat. Sedangkan lafal niat yang kedua diucapkan ketika hendak melakukan dua rakaat.

Dalam praktiknya, sholat witir bisa berbeda jika dilakukan di waktu yang berbeda. Contohnya, sholat witir yang dilakukan di selain tanggal lima belas hari terakhir pada bulan Ramadhan, tidak dianjurkan untuk membaca doa qunut pada rakaat yang paling akhir.

Namun, jika dilakukan pada tanggal lima belas hari terakhir di bulan Ramadhan, para ulama sepakat perihal kesunnahan membaca doa qunut saat itu (Syekh asy-Syatiri, Syarah Yaqutun Nafis, [Bairut: Darul Minhaj, 2010], juz 1, h. 285).

(Slmn/liputan6.com/nu.or.id)

Sumber: liputan6.com/nu.or.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *