jurnalindo.com – Dibandingkan dengan 1 juta orang yang telah mengungsi dari invasi Rusia, Gelombang pengungsi berikutnya yang meninggalkan Ukraina kemungkinan akan lebih rentan terhadap penyakit dan kesulitan ekonomi, demikian kata seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada Reuters, pada kamis (3/3).
Situasinya sudah menjadi “bencana kemanusiaan” yang akan memburuk ketika pasukan Rusia mengepung dan membombardir kota-kota besar Ukraina, ungkap Direktur Eropa Hans Kluge yang berbicara dari sebuah gudang di Warsawa, Polandia, tempat WHO mengoordinasikan pengiriman 36 ton bantuan medis ke Ukraina,
Komentar Kluge datang ketika para pejabat dari Rusia dan Ukraina mengatakan mereka telah setuju untuk membangun koridor kemanusiaan untuk pengiriman bantuan dan memungkinkan untuk melakukan gencatan senjata di beberapa daerah untuk membantu warga sipil yang melarikan diri.
PBB mengatakan bahwa 1 juta orang kini telah meninggalkan rumah mereka di Ukraina, menuju ke Polandia dan negara tetangga lain ke barat.
“Jika konflik militer meningkat, itu berarti kita akan melihat semakin lama semakin banyak orang yang sangat rentan datang hanya dengan pakaian di tubuh mereka,” kata Kluge.
Banyak pengungsi di gelombang pertama termasuk orang-orang yang memiliki kemampuan finansial dan hubungan keluarga untuk melarikan diri dan bertemu kerabat atau teman di Polandia atau di tempat lain, katanya.
Tetapi ketika pertempuran semakin intensif, warga Ukraina dengan sumber daya yang lebih sedikit dan kesehatan yang lebih buruk “yang akan membutuhkan lebih banyak dukungan” akan dipaksa untuk melakukan perjalanan berbahaya ke perbatasan, kata Kluge. Mereka yang tetap berada di belakang berisiko kekurangan pasokan medis dan perawatan darurat, katanya.
Bantuan WHO, yang dikirim ke Polandia pada Kamis, akan dipindahkan ke kota Lviv di Ukraina terlebih dahulu dan kemudian ke daerah konflik mulai Jumat.
Bantuan tersebut termasuk peranti mengatasi trauma untuk 1.000 orang serta perawatan medis lain untuk 150.000 orang, seperti obat kanker dan insulin untuk pasien diabetes.