Prabowo Subianto Menyindir Tindakan Haus Kekuasaan dalam Penutupan Kongres VI PAN

referensi gambar dari (asset-2.tstatic.net)
referensi gambar dari (asset-2.tstatic.net)

Jurnalindo.com, – Jakarta, 24 Agustus 2024 – Dalam penutupan Kongres VI Partai Amanat Nasional (PAN) yang diadakan di Hotel Kempinski, Jakarta, Sabtu lalu, Presiden Republik Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, memberikan pidato yang penuh pernyataan tajam mengenai dinamika politik di Indonesia. Prabowo, yang baru saja terpilih sebagai presiden untuk periode 2024-2029, menyampaikan pandangannya tentang bagaimana kekuasaan seharusnya diraih dan dipegang.

Dalam pidatonya, Prabowo menekankan pentingnya mendapatkan kekuasaan secara sah dan sesuai dengan kehendak rakyat. Ia menegaskan bahwa kekuasaan harus diperoleh melalui proses demokrasi yang melibatkan suara rakyat. “Kita memilih mendapat kekuasaan, meraih kekuasaan dengan minta izin dari rakyat. Kita datang ke rakyat, kita minta rakyat untuk memberi mandat kekuasaan kepada kita,” ujar Prabowo.

Namun, Prabowo tidak segan-segan menyindir pihak-pihak yang menurutnya memiliki ambisi kekuasaan yang berlebihan. Ia mengkritik mereka yang mencoba mengendalikan kekuasaan dengan cara-cara yang tidak sah atau melalui pengaturan kekuatan di luar kepentingan rakyat. “Mereka yang terlalu haus dengan kekuasaan dan kadang kekuasaan itu hendak dibeli, hendak diatur, hendak dikendalikan oleh kekuatan kekuatan lain. Kekuatan kekuatan di luar kepentingan rakyat,” jelas Prabowo. Ia memperingatkan bahwa tindakan seperti itu dapat merugikan dan mengganggu kestabilan bangsa.

Selain itu, Prabowo juga menyinggung penggunaan intelijen untuk tujuan-tujuan politik yang dianggap tidak etis. Ia mengkritik praktik lama seperti pemantauan dan adu domba yang seringkali melibatkan intelijen. “Jangan pakai alat yang dulu-dulu, cara-cara yang dulu, adu domba, ngintel-intelin orang. Ngintel (harusnya) untuk (kepentingan) rakyat, untuk bangsa, jangan ngintelin lawan politik, enggak enak itu,” kata Prabowo.

Dalam kesempatan yang sama, Prabowo juga menyoroti fenomena media, khususnya podcast, yang sering membahas dirinya. Ia mengungkapkan rasa tidak nyaman dengan bagaimana orang-orang di luar sana mengklaim mengetahui pikirannya lebih baik daripada dirinya sendiri. “Oh Pak Prabowo begini, pak Prabowo begitu. Dia lebih tahu Pak Prabowo mikirnya apa, dari saya sendiri. Kadang kalau saya mau tahu, apa sih yang Pak Prabowo pikir, aku cari podcast itu, dia lebih tahu dari aku,” ujarnya.

Meski pidatonya sarat dengan kritik dan sindiran, Prabowo tetap mengingatkan pentingnya menjaga etika berbicara, terutama di hadapan media. “Ini wartawan banyak ya, jadi gak bisa terlalu keras aku bicara ya. Gak boleh ya, harus sopan,” pungkasnya.

Pernyataan Prabowo dalam Kongres VI PAN ini menjadi sorotan karena menegaskan posisi dan pandangannya terhadap praktik politik yang dianggapnya merusak integritas demokrasi dan kestabilan bangsa. Seiring dengan menjelang masa jabatannya, Prabowo tampak bertekad untuk mempromosikan cara-cara yang dianggapnya lebih sah dan sesuai dengan kepentingan rakyat. (TribunJabar/Nada)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *