Jurnalindo.com – Tenggarong/Kukang – Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Biru mengelola Pantai Biru yang berlokasi di Jalan Kersik, Kecamatan Marang Kayu, Kutai Kartanegara, Kaltim, agar tidak semakin terkikis oleh ombak yang sekaligus menjadi potensi ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi desa.
Novan Satria salin Ketua Pokdarwis Pantai Biru Kutai Kartanegara di Marangkayu, Senin. Mengatakan “Pantai ini dulunya biru dan daratannya dulu jauh di sana tapi sekarang terkikis karena abrasi dan semakin habis. Kami tergerak untuk mengelola menjaga kelestarian alam sekaligus juga menjadi PAD bagi desa dan masyarakat,”.
Dijelaskannya, pantai tersebut setiap tahunnya mengalami abrasi antara tiga sampai lima meter setiap tahunnya. Selain karena ombak juga karena kerusakan alam seperti limbah di mana-mana dan terumbu karang rusak sehingga tidak bisa menahan ombak.
Perusahaan setempat seperti Pertamina sempat melirik dengan memberi bantuan dana CSR berupa material penahan gelombang ambang rendah sebagai penahan laju ombak.
“Kalau nggak ada penahan bisa sampai ke perkampungan. Jadi kita menjaga alam, menghindari kerusakan dari abrasi tapi juga menjadi potensi ekonomi,” tegasnya.
Lanjut Novan, jumlah keramaian pengunjung setiap hari berbeda-beda. Pokdarwis sendiri memakai sistem estimasi jumlah kunjungan dengan menghitung jumlah kendaraan. Kendaraan roda dua dihitung dua jiwa sementara kendaraan roda empat dihitung dengan lima jiwa.
Ia mengungkapkan, berdasarkan perhitungan estimasi tersebut jumlah pengunjung di hari kedua lebaran mencapai sekitar 10.000 jiwa lebih.
“Itu menggunakan estimasi, sebenarnya bisa lebih lagi jumlahnya. Pendapatannya kita hitung per kendaraan, walau jumlahnya sekian banyak tetap kendaraan yang dihitung,” ungkapnya.
Ia pun mengatakan, saat lebaran kedua pantai tersebut meraup keuntungan hingga Rp18 juta lebih dan desa mendapat persenan sebanyak 20 persen sementara pemilik lahan mendapat 30 persen dan Pokdarwis 50 persen.
“Itu baru satu hari. Nanti ditotal dari laba bersih, dibagi dan disetor tiap minggunya ke desa,” tuturnya.
Ke depan, ia mengatakan akan membangun fasilitas umun seperti toilet, mushola dan kursi untuk tempat duduk pengunjung tanpa dipungut biaya karena saat ini hanya ada fasilitas perorangan yang berbayar.
“Sampai saat ini kami belum bisa menerapkan sistem per jiwa tiketnya karena kalau per jiwa kami harus siap dengan fasilitas yang ada dan harus gratis jadi pengunjung lebih nyaman. Tempat bernaung gratis, nggak semua harus bayar,” ucapnya.
Dia juga menambahkan, dampak ekonomi dari pengelolaan pantai terbilang cukup pesat. Dilihat dari jumlah pedagang yang sebelumnya hanya lima orang dan sekarang mencapai 32 orang. (Ara/Aniq)












