JurnalIndo.Com – Jemaat Gereja Injil Tanah Jawa (GITJ) Margorejo melangsungkan acara riyaya undhuh-undhuh di Desa Badegan, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, pada Minggu, 8 Juni 2025.
Perayaan yang berlangsung dengan penuh khidmat dan sukacita ini menjadi momen istimewa dalam rangka memperingati Pentakosta.
Acara dimulai dengan iring-iringan membawa gunungan berisi hasil bumi dari para petani setempat. Seluruh jemaat mengenakan pakaian adat tradisional Jawa, mengiringi gunungan menuju tempat ibadah dengan alunan musik gamelan yang menambah suasana sakral dan meriah.
Gunungan tersebut kemudian ditempatkan di area persembahan gereja, tersusun rapi sebagai simbol syukur atas berkat Tuhan.
Ibadah dipimpin oleh Pendeta FX Supriyono yang menyampaikan khotbah mengenai makna Pentakosta sebagai turunnya Roh Kudus serta filosofi riyaya undhuh-undhuh.
Pdt. Supriyono menjelaskan bahwa tradisi membawa hasil bumi sebagai persembahan mengacu pada kisah dalam Alkitab tentang tanah Kanaan yang subur, penuh susu dan madu.
“Kami merayakan dengan syukur dan sukacita mempersembahkan hasil bumi sebagai wujud terima kasih atas berkat Tuhan yang luar biasa,” ujarnya.
Ketua Majelis GITJ Margorejo, Erna Yulianti, menambahkan bahwa acara ini diselenggarakan setiap tahun sebagai ungkapan syukur dan penghormatan kepada Tuhan. Persiapan acara dilakukan dengan teliti selama dua hari, melibatkan panitia dan jemaat yang menyumbangkan hasil panen mereka seperti terong, kacang panjang, ketimun, tomat, buah-buahan, umbi-umbian, dan bahan pokok lainnya.
Perayaan Pentakosta di GITJ Margorejo tampil megah dengan dekorasi tradisional Jawa yang kental dan estetis, menciptakan suasana yang epik dan penuh makna.
“Jemaat dari berbagai desa sekitar seperti Jambean, Pegandan, Badegan, dan Margorejo turut hadir memeriahkan ibadah dan acara,”.
Setelah ibadah selesai, acara dilanjutkan dengan jamuan kasih sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur seluruh jemaat.
“Perayaan riyaya undhuh-undhuh ini tidak hanya menjadi tradisi tahunan, tetapi juga mempererat iman dan kebersamaan komunitas GITJ Margorejo dalam memuliakan Tuhan,”tutupnya.
Jurnal/Mas