Berkisah Tentang Kehidupan Santri, Begini Film Pesantren yang Akan Tayang

Jurnalindo.com – Sudahkah kamu menonton film Pesantren?

Film “Pesantren” garapan sutradara Shalahudin Siregar memperlihatkan sisi lain dari kehidupan santri pesantren yang jarang banyak orang sadari.

Mulai hari ini, film yang akan ditayangkan secara daring melalui layanan bioskop online berbayar ini menceritakan keseharian para santri di Pondok Pesantren Jambu Al-Islamy Pondok Kebo. Shalahudin juga mengatakan bahwa ide film Pesantren muncul ketika dia melihat sebuah pesantren di Yogyakarta dan berpikir bahwa kehidupan dalam keluarga petani mungkin berbeda dari yang dipikirkan banyak orang.

Baca Juga: Film Hati Suhita Akan Tayang di Bioskop Mulai 25 Mei, Jangan Sampai Ketinggalan

“Saya selalu terganggu dengan stigma. Kita tidak terlalu tahu kehidupan di pesantren seperti apa,” ujar Shalahudin saat penayangan perdana film “Pesantren” di Jakarta, Kamis.

Ia juga mengatakan bahwa film tersebut membutuhkan waktu tiga tahun untuk diselesaikan sejak tahun 2015. Shalahudin mengeksplorasi berbagai tema dalam film tersebut, mulai dari isu patriarki hingga diskusi tentang Islam dan jangkauannya dalam teknologi. Walaupun terkesan berat, namun berhasil membuat film ini menghibur dan menghibur.

Film “Pesantren” merupakan film dokumenter tentang kehidupan santri dan guru di Pondok Kebon Al-Islamy, salah satu pesantren tradisional terbesar di Cirebon. Uniknya, pesantren ini dipimpin oleh seorang ulama bernama Hj Masriyah Amva, menegaskan bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin.

Baca Juga: Festival Jakarta Film Week Akan Digelar Tahun Ini, Catat Tanggalnya

Selain menampilkan keseharian para santri, film “Pesantren” juga menampilkan kegiatan terpenting para petani setiap tahunnya. Film ini juga menunjukkan bagaimana para siswa mengatasi masalah mereka dengan gembira dan tanpa mengeluh. Unsur kekeluargaan pun tak luput dari film itu.

Hj Masriyah atau biasa Ibu Nyai mengapresiasi film Pesantren. Selain senang menjadikan petani sebagai setting utamanya, pesan kesetaraan gender bisa menawarkan perspektif baru tentang masyarakat. Baginya, kesetaraan gender bukanlah sesuatu yang menghancurkan agama, melainkan sesuatu yang memperkuatnya.

“Semoga dengan film ini, kami dan pesantren dapat memberi makna,” ucap Bu Nyai.

Setelah rilis terbatas antara tahun 2019 hingga 2022, film Pesantren berhasil menyita perhatian publik dengan alur ceritanya yang menarik. Bahkan, film “Pesantren” berhasil masuk dalam “XXI Asiatica Film Festival 2020” dan sukses diputar di “International Documentary Film Festival Amsterdam 2019” dan “The University of British Columbia 2022”.

Baca Juga: Raline Shah Jadi Sorotan Usai Menghadiri Festival Film Cannes 2023 Memakai Kebaya Biru

Ivan Pratama, kepala konten sinema online, mengatakan film ini dipilih untuk tayang perdana di bioskop online karena kualitasnya yang bagus. Ia berharap film Pesantren dapat menawarkan sekilas sisi lain dari agama, khususnya Islam, yang digambarkan dalam film tersebut. “Film ini menggambarkan keunikan dari sebuah agama dan disajikan dengan cara yang menghibur,” ungkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *