jurnalindo.com – Sejak meningkatnya kasus COVID 19, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Petangis Kecamatan Batu Engau Kabupaten Paser, Kaltim, membudidayakan ternak lebah kelulut di areal seluas 500 m2 karena tingginya permintaan madu di masyarakat.
“Permintaan madu meningkat saat kasus COVID-19 varian delta, alasannya madu ini dapat meningkatkan imunitas tubuh,” kata Peternak lebah anggota Gapoktan Desa Petangis Zulvian Pratama di Paser, Minggu.
Dikatakannya, tingginya permintaan tersebut membuat para petani sampai kewalahan memenuhi kebutuhan para konsumen maupun pelanggannya.
Ternak madu lebah kelulut ini dijalankan Gapoktan yang anggotanya tiga kelompok tani yakni kelompok Tani Hutan Anggrek Bura, Hafizh Grup, dan Kelompok Wanita.
“Usaha madu lebah kelulut ini dimulai sejak Mei 2021 lalu,” katanya.
Terus dikatakannya, Gapoktan merupakan binaan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Paser yang kepengurusan anggotanya dikukuhkan melalui Surat Keputusan Kepala Desa setempat.
Awalnya DLH Kabupaten Paser memberikan 250 wadah kelulut, atau yang umum disebut toping, untuk modal awal berwirausaha.
“Setelah mendapat keuntungan dari penjualan, jumlah wadah kelulut terus bertambah hingga akhirnya Gapoktan memiliki 350 wadah kelulut, ” Katanya.
Setiap panen dari 350 wadah kelulut atau sarang itu akan menghasilkan madu sebanyak 20 liter dengan harga perliter Rp500 ribu.
“Jika dikalkulasikan, dengan 350 sarang yang menghasilkan 20 liter madu, Gapoktan Petangis bisa mendapatkan penghasilan Rp10 juta, ” katanya.
Menurut Zulvian jika ingin merasakan sensasi menyedot madu segar, bisa langsung datang ke peternakan lebah di desa tersebut.