Literasi Digitan mampu cegah anak kita dari ini

Jurnalindo.com, – Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga (KPAPO) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kemen PPN/Bappenas) Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengatakan literasi digital merupakan langkah awal pencegahan anak dari bullying dan potensi kekerasan berbasis internet atau online (perundungan siber).

“Upaya dasar yang dapat dilakukan adalah memberikan pemahaman, pengetahuan dan edukasi yang komprehensif untuk meningkatkan literasi digital masyarakat,” kata Woro di Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut, Woro percaya bahwa literasi digital diperlukan baik oleh orang tua maupun anak. Hal ini dimaksudkan agar keduanya mendapatkan pengetahuan tentang risiko, pencegahan dan layanan bantuan yang ditargetkan.

Baca Juga: Untuk Hindari Kejahatan, Literasi Digital Penting Untuk Perempuan

“Edukasi yang diberikan tidak hanya terbatas pada definisi dan faktor yang berkontribusi terhadap bullying, tetapi juga apa yang dapat dilakukan oleh anak-anak dan remaja saat mereka mengalaminya,” ujarnya.

Menurut Woro, usia yang paling ideal untuk mengenalkan anak pada dunia online adalah antara usia 13 hingga 14 tahun.

Di rentang usia tersebut, anak dinilai sudah mendapatkan pengenalan yang cukup akan teknologi dari orang tua, pun dengan pengawasan yang diharapkan berlangsung terus-menerus agar penggunaan gawai dan teknologi digital dapat dimanfaatkan dengan bijak.

“Paling aman berada di usia 13 atau 14 tahun. Namun, kita harus ingat bahwa pada saat COVID-19, semua anak pegang gadget. Ini harus ada pengawasan dari orang tua. Orang tua harus tahu apa yang bisa dilakukan anak dengan gadgetwebsite yang diakses, dan lainnya,” kata Woro.

Tak hanya dari sisi digital, ia menambahkan anak juga perlu dikenalkan dengan pengetahuan soal kesehatan reproduksi dengan cara dan pendekatan yang sesuai dengan usianya.

“Hal-hal tersebut harus diberi pemahaman. Kesehatan reproduksi dari remaja itu juga harus diberikan dan diperkuat pemahamannya oleh orang tua,” ujarnya.

Baca Juga: Benarkah, Festival film berperan dalam literasi. simak penjelasanya

Selain itu, Woro juga menyoroti peran masyarakat dan lingkungan sekitar agar peka terhadap perubahan yang terjadi di sekelilingnya, seperti contohnya jika muncul tanda-tanda kekerasan kepada anak.

“Kita juga perlu menguatkan dari sisi masyarakat untuk bisa mengidentifikasi kalau muncul kerentanan dari kekerasan. Masyarakat tidak boleh abai dan cuek. Sementara, pemerintah nanti akan bicara soal regulasi dan lainnya untuk memperkuat (pencegahan kekerasan terhadap anak),” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *