jurnalindo.com – Belakangan ini media sangat gencar membahas berbagai fenomena Crazy Rich. Dengan pemahaman yang mendalam, Crazy Rich suka memamerkan kemewahannya di media sosial, mulai dari Instagram, TV, dan YouTube. Cara-caranya mulai dari memakai perhiasan ratusan juta, memakai pakaian bermerek, bepergian ke luar negeri, dan bahkan memiliki jet pribadi.
Dalam hal ini, pakar bisnis Prof Rhenald Kasali, dikutip dari detikfinance, menyebut fenomena ini sebagai flexing. Hal ini biasa terjadi dalam kehidupan sosial. Sebuah fenomena flexing di mana orang suka memamerkan kekayaan mereka.
“Flexing, saya sudah sebutkan sebelumnya. Saya sudah berbicara tentang berapa banyak orang hari ini yang memamerkan kekayaan mereka ketika mereka mengatakan bahwa mereka kaya,” katanya.
Ia juga mengatakan bahwa orang kaya tidak suka pamer, mereka lebih suka yang sederhana dan biasa saja.
“Jadi benar orang kaya tidak berisik. Jadi agak malu membicarakan kekayaan. Jadi jika orang masih melihat label harga atau meminta uang, itu berarti mereka tidak kaya. Jadi orang kaya biasanya diam..” “Makanya orang tua tidak mau rumahnya terlihat mewah. Orang yang mengaku kaya padahal tidak kaya hari ini adalah gaya para startup dan wirausahawan baru di zaman ini. Di sisi lain, perusahaan besar, di sisi lain, Jika ada, tolong jangan bicara untung atau rugi.”
Jadi bagaimana sikap kita ketika kita menemukan beberapa fenomena Crazy Rich ini? Tidak perlu berkecil hati. Ada baiknya kita melihatnya. Kemudian motivasi dan semangat kita merangkulnya untuk menjadi lebih baik di masa depan. Anda tidak perlu tahu apakah A dan B benar-benar Crazy Rich atau orang yang berbeda. Karena ketika kita melakukannya, tanpa sadar kita mencoba mengotori hari kita dengan pikiran buruk.
Jangan memuliakan atau meremehkan orang lain dan berpikir realistis. Ada pepatah yang mengatakan “Apa yang kita perjuangkan bukanlah apa yang orang lain katakan”.